Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chandra Asri Bangun Pabrik Karet Senilai Rp6,14 Triliun Awal Tahun Depan

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. memastikan groundbreaking pembangunan pabrik styrene butadiene rubber milik PT Synthetic Rubber Indonesia senilai US$450 juta setara dengan Rp6,14 triliun dilakukan awal 2016.
Ilustrasi produk karet
Ilustrasi produk karet

Bisnis.com, JAKARTA—PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. memastikan groundbreaking pembangunan pabrik styrene butadiene rubber milik PT Synthetic Rubber Indonesia senilai US$450 juta setara dengan Rp6,14 triliun dilakukan awal 2016.

Suhat Miyarso, Vice President Corporate Relations PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., mengatakan pabrik PT Synthetic Rubber Indonesia yang merupakan hasil joint venture dengan produsen ban asal Prancis yakni Michellin akan berproduksi pada 2018.

“Seluruh persiapan sudah selesai, tinggal dibangun. Kelak pabrik ini akan memproduksi 120.000 ton karet sintetis per tahun. Keberadaan pabrik ini menjadikan Indonesia sebagai negara paling kompetitif untuk industri ban, karena memiliki karet alam dan sintetis,” ujarnya usai menemui Menteri Perindustrian, Kamis (29/10/2015).

Saat ini, lanjutnya, perusahaan sedang menjalin kontrak kerja sama dengan para konsumen. Kelak, porsi untuk pasar ekspor dipatok maksimum 50% dan sisanya diutamakan untuk pasar domestik. Karet sintetis ini digunakan untuk ban high performance yang digunakan mobil mewah dan balap.

Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi karet sintetis ini 100% dipasok oleh pabrik milik PT Chandra Asri Petrochemical, yaitu styrene monomer dan butadiene. Dengan demikian, struktur bisnis perusahaan semakin kuat karena terdiversfikasi dari hulu hingga hilir.

Kendati keputusan pemberian fasilitas libur pajak atau tax holiday untuk PT Synthetic Rubber Indonesia belum dikeluarkan oleh pemerintah, lanjutnya, pembangunan pabrik karet sintetis ini tetap dijalankan karena jadwal investasi ini sudah terprogram.

Dalam hal ini, tuturnya, perusahaan meminta pemerintah untuk memberikan tax holiday dengan masa minimal delapan tahun atau 10 tahun. Pasalnya, berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh industri kimia lain, pemerintah hanya memberikan tax holiday lima tahun.

“Kalau lima tahun tidak terasa, karena industri ini akan merugi selama tiga tahun pertama sehingga memang tidak membayar pajak. Jika diberikan tax holiday delapan hingga 10 tahun, akan merangsang investor baru pada industri ini,” tuturnya.

Pada perkembangan lain, lanjutnya, saat ini peningkatan kapasitas produksi PT Chandra Asri Petrochemical untuk etilena 600.000 ton menjadi 860.000 ton, propilena 320.000 ton menjadi 470.000 ton dan lainnya buah dari penambahan fasilitas produksi naphtha cracker memasuki tahap akhir.

Kendati dalam tiga bulan yakni sejak September hingga Desember ini sejumlah fasilitas produksi tidak beroperasi akibat program perawatan sekaligus finalisasi peningkatan produksi, pada Januari tahun depan kapasitas produksi perusahaan meningkat 43%.

Selain itu, seiring dengan perbaikan pasar dalam negeri pada kuartal III/2015, penjualan perusahaan pada periode ini naik 5%-10%. Selain itu, margin yang diterima pada kuartal ini juga meningkat dari kuartal sebelumnya seiring penurunan harga bahan baku yakni minyak mentah.

Perusahaan meyakini kinerja penjualan akan semakin membaik pada kurtal IV/2015 hingga tahun depan seiring dengan realisasi program percepatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah yang mendongkrak daya beli masyarakat.

Sebelumnya, Director Human Resource & Corporate Administration PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Suryandi mengatakan program perawatan dan peremajaan mesin yang tengah dilakukan merupakan program rutin empat tahun sekali.

Program perawatan selama tiga bulan hanya berlaku pada fasilitas produksi etilena. Sementara lainnya seperti polietilena hanya berhenti satu bulan dan polipropilena tetap berproduksi normal. Program ini dijalankan untuk mempersiapkan produksi yang optimal pada 2016.

Fasilitas tambahan produksi naphtha cracker yang dibangun sejak 2014 dengan investasi US$380 juta akan meningkatkan produksi etilena menjadi 860.000 ton, propilena naik 470.000 ton, mixed C4 menjadi 315.000 ton dan py-gas meningkat menjadi 400.000 ton per tahun.

Adapun kapasitas produksi polietilena, polipropilena, dan styrene masing-masing tetap sebesar 336.000 ton, 480.000 ton, dan 340.000 ton per tahun. Saat ini perusahaan memproduksi tujuh jenis produk petrokimia, a.l etilena, propilena, mixed C4, py-gas, polipropilena, polietilena, dan styrene.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper