Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah akan memanfaatkan dana hibah program REDD+ dari Norwegia dan potensi carbon trading untuk melaksanakan restorasi lahan gambut demi mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan program restorasi lahan tak akan menghabiskan anggaran negara yang besar. Pasalnya, pemerintah akan menggunakan fasilitas dana hibah program REDD+ atau Reducing Emission Deforestation and Forest Degradation+ yang tersedia dengan nilai total mencapai US$1 miliar.
"Restorasi gambut tidak perlu biaya besar dari APBN, tapi nanti dibiayai program REDD+ yang sebenarnya sudah lama tertunda, carbon trading yang bisa dibayar kemudian,"jelasnya, Rabu (28/10/2015).
Dari total US$1 miliar, fasilitas dana hibah yang digunakan sampai saat ini baru sebesar US$30 juta. Nantinya, pemerintah akan mengajukan penggunaan dana senilai US$200 juta untuk kebutuhan program restorasi.
"Ya masih ada US$970 juta, tapi akan juga dipakai kurang lebih US$200 juta," sebutnya.
Dia mengaku telah meminta Menteri Kehutanan Siti Nurbaya mengkaji konsep restorasi lahan gambut yang sesuai dengan program REDD+ dan carbon trading.
Dalam kesempatan tersebut, Kalla juga mendesak perusahaan-perusahaan penyebab kebakaran hutan dan lahan untuk segera bertanggung jawab pada wilayah konsesi yang bermasalah. Mereka juga diminta turut mengeluarkan boaya untuk melakukan restorasi lahan.
Sebelumnya, dana hibah program REDD+ diarahkan untuk mendukung upaya memerangi deforestasi atau penebangan hutan dan menjaga tata kelola guna lahan yang efisien demi mengurangi emisi karbon.
Indonesia dianggap memiliki peran besar dalam mengurangi emisi karbon dunia. Alasannya, menurut data komunikasi internasional pada Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) tahun 2006, total emisi di Indonesia untuk hutan dan gambut mencapai 2,9 Gigaton. Sehingga dengan target perbaikan kualitas hutan di Indonesia membuat secara langsung atau tidak akan mengurangi emisi karbon dunia.
Pada Oktober 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkomitmen mengurangi emisi karbon sebesar 26 persen hingga 41 persen sampai 2020 dengan dukungan internasional. Salah satu bentuk dukungan itu adalah dana yang dihibahkan oleh Norwegia.