Bisnis.com, JAKARTA--Perusahaan energi asal Amerika Serikat menjalin lima kerja sama senilai total UUS$1,685 miliar atau Rp22,75 triliun (kurs Rp13.500 per dolar AS) dengan sejumlah perusahan Indonesia.
Ari Dwipayana, Tim Komunikasi Presiden, mengatakan dalam pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Amerika Serikat, Vice Chairman General Electric John Rice menyatakan komitmennya untuk meningkatkan elektrifikasi di Indonesia.
General Electric, lanjutnya, berkomitmen untuk melakukan investasi pada proyek 35.000 megawatt. Bahkan, perusahaan asal Negeri Paman Sam itu akan segera membangun mobil generator, agar dapat melistriki daerah terpencil di Indonesia.
Komitmen investasi General Electric dengan perusahaan Indonesia ditandatangani di sela-sela pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Presiden Kamar Dagang Tom Donohue, US ASEAN Business Council Alex Feldman, dan Presiden UNISINDO Ambassador David Merril di kantor Kamar Dagang AS. Selain itu juga hadir 250 pengusaha dan pengambil kebijakan dari Indonesia dan AS.
Dari 18 kesepakatan bisnis senilai total US$20,075 miliar yang ditandatangani di tempat tersebut, lima proyek merupakan kerja sama investasi perusahaan Indonesia dengan perusahaan energi asal AS, General Electric.
Berdasarkan data dari situs resmi sekretariat kabinet, lima proyek tersebut bernilai total US$1,685 miliar. Pertama, kesepakatan bisnis antara PT PLN (Persero) dengan General Electric, yaitu antara PLN Gorontalo dengan General Electric dengan nilai sebesar US$100 juta untuk pembangunan 100 MW gas turbin dan cydepower di Gorontalo.
Kedua, antara Cikarang Listrindo dengan General Electric dengan nilai investasi sebesar US$600 juta untuk perluasan pembangunan pembangkit listrik (IPP).
Ketiga, antara PT Indonesia Power dengan General Electric untuk pembangunan pembangkit di Jawa Tengah sebesar 700 MW senilai US$400 juta.
Keempat, antara PT PLN Batam (Persero) dengan General Electric senilai US$25 juta untuk pembangunan pembangkit bergerak (mobile) 500 MW di Mataram, Bangka, Tanjung Jabung, Pontianak, Lampung dan Sei Rotan.
Kelima, antara PT Kereta Api Indonesia dengan General Electric, senilai US$60 juta untuk perawatan 50 lokomotif selama 8 tahun.