Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Urbanisasi Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Upaya pemerintah menata kawasan perkotaan kini harus dilakukan dengan paradigma baru yang tidak lagi memandang urbanisasi sebagai sebuah masalah, melainkan sebuah peluang dalam pembangunan.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Upaya pemerintah menata kawasan perkotaan kini harus dilakukan dengan paradigma baru yang tidak lagi memandang urbanisasi sebagai sebuah masalah, melainkan sebuah peluang  dalam pembangunan.

Perspektif baru ini mutlak diperlukan guna menghasilkan kebijakan yang lebih responsif terhadap dampak yang ditimbulkan akibat masifnya urbanisasi.

Wacana ini mengemuka dalam ajang  Asia Pasific Regional Meeting Habitat III, yang berlangsung sejak Rabu (21/10) hingga Kamis (22/10).

Pertemuan regional ini akan mendiskusikan masalah perkotaan di Asia Pasifik guna merumuskan agenda baru perkotaan yang akan dibahas pada Konferensi Habitat III di Quito, Ekuador, pada 2016.

Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli, Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Taufik Widjoyono, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Andreas Suhono. Selain itu, juga hadir delegasi internasional seperti Sekretaris Jenderal Habitat III Joan Clos, dan  Executive Secretary of United Nations Economics and Social Commission for Asia Pasific Shamsad Akhtar.

Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli mengungkapkan, Jakarta bisa menjadi representasi bagaimana pengelolaan kawasan urban di tanah air. Menurutnya, penataan kawasan megapolitan ini berjalan lamban dalam merespons tingginya tingkat urbanisasi.

“Kita baru menggalakkan pembangunan transportasi massal dua tahun terakhir, yang menimbulkan ketidaknyamanan penduduk kota. Namun, semua ketidaknyamanan tersebut merupakan bagian dari transformasi Jakarta menuju kota yang lebih baik,” ujarnya.

Dia menambahkan, pemerintah harus membangun ekonomi lokal di pedesaan dan kawasan penyangga. Pembangunan pun dilakukan dengan pendekatan yang berbeda sesuai dengan kemampuan ekonomi dan budaya daerah masing-masing.

Rizal mencontohkan, dana APBN harus lebih banyak terlibat dalam pembangunan infrastruktur di daerah yang memiliki pendapatan rendah, tetapi memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang baik. Sebaliknya, pemerintah harus mendorong lebih banyak keterlibatan swasta dalam pembangunan di kawasan yang telah memiliki pendapatan daerah  tinggi.

Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR) Taufik Widjoyono meyakini, pembangunan daerah pinggiran akan mampu mengurangi beban kota, mengingat sekitar 54% penduduk dunia kini tinggal diperkotaan, seperti tercantum dalam laporan World Urbaniztion Prospects yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Laporan tersebut juga memperkirakan, jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan akan  meningkat menjadi 66% pada 2050.

“Ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk menangani urbanisasi, yakni menegakkan regulasi tentang rencana tata ruang, memiliki rencana pembiayaan supaya kota bsia membiayai dirinya sendiri, dan proses perencanaan urbanisasi yang lebih baik,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal Habitat III Joan Clos menilai, negara seperti Jepang, Korea dan China bisa menjadi contoh sukses pengelolaan urbanisasi di kawasan Asia. Meskipun urbanisasi dilakukan secara spontan, ujarnya, tetapi pengelolaan yang baik terhadap urbanisasi mampu mendorong perbaikan ekonomi secara nasional.

“Urbanisasi adalah pilar untuk pembangunan. Asia menjadi bukti hubungan erat sebab-akibat antara urbanisasi dan pembangunan. Kita bisa melihanya dari Jepang setelah Perang Dunia II, Korea, dan China yang memimpin proses pembangunan yang sejak awal telah terkait dengan urbanisasi,” ujarnya.

Menurutnya, urbanisasi yang masif dapat mengubah konstruksi sosial masyarakat dan sekaligus mempersiapkan lahan untuk terjadinya pembangunan. Oleh karena itu, pengelolaan urbanisasi harus dilakukan dengan mengedepankan pendekatan sosial budaya yang sesuai dengan masing-masing daerah. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Deandra Syarizka
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper