Bisnis.com, JAKARTA—Meskipun pasar konstruksi nasional yang diperkirakan mencapai US$ 267 miliar merupakan salah satu pasar terbesar di kawasan Asean, tetapi potensi tersebut tidak diimbangi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi nasional yang baru mencapai 7,2 juta orang.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Taufik Widjoyono menyatakan, dari jumlah tenaga kerja konstruksi tersebut, sebanyak 109.000 tenaga ahli bersertifikat, 387.000 orang tenaga terampil dan 478 orang disetarakan dapat bekerja di kawasan ASEAN. Dia menilai jumlah tenaga kerja konstruksi itu tidak cukup untuk mengimbangi besarnya nilai pasar konstruksi nasional.
“Daya saing global bidang konstruksi Indonesia masih tertinggal dari Singapura dan Malaysia. Pasar cukup besar tapi posisi belum begitu bagus. Artinya, jika MEA dibuka maka pasar kita akan diambil Negara tetangga karena kita tidak bisa membendung tenaga konstruksi dari luar Indonesia,”ujar Taufik, seperti dikutip dari laman resmi Kementerian PUPR, Rabu (21/10/2015).
Dia mencontohkan, di Indonesia perbandingan jumlah penduduk dan jumlah Insinyur adalah 3.000 Insinyur berbanding 1.000.000 orang penduduk. Sementara perbandingan di Korea selatan adalah 25.000: 1.000.000 penduduk
“Persentasi Insinyur dengan jumlah penduduk tersebut akan menentukan tingkat kemajuan infrastruktur di wilayahnya. Kondisi inilah harus dihadapi bersama, terutama bagi kementerian teknis dan perguruan tinggi,”tutur Taufik.
Menurutnya, sarjana teknik di tanah air tidak tertarik bekerja di bagian konstruksi di lapangan atau membangun infrasturktur di daerah. Para Insinyur lebih suka bekerja di bidang finansial atau di bidang teknik untuk pembangunan mall di perkotaan.
Tantangan pelaku jasa konstruksi di Indonesia, ujarnya, adalah ada peraturan yang tumpeng tindih, rendahnya daya saing kontraktor, rendahnya mutu konstruksi ini menjadi penting ini terkait dengan tingginya angka kecelakaan kerja di bidang konstruksi. Selain itu juga rendahnya tenaga ahli dan tenaga terampil serta terbatasnya informasi konstruksi.
“Target PUPR, setiap perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana teknik akan diberi tambahan dua bulan pelatihan atau kursus untuk menjadi insinyur yang profesional yang bisa langsung praktek setelah lulus mendapat gelar Sarjana Teknik. Untuk itu, Ditjen Bina konstruksi bertugas menyiapkan tenaga kerja ahli, terampil bidang konstruksi untuk dapat membangun infrastuktur yang handal untuk negeri,” ujarnya.