Bisnis.com, JAKARTA-- China diperkirakan mencatat pertumbuhan ekonomi terendah sejak krisis ekonomi global sehingga mendorong pembuat kebijakan menurunkan tingkat bunga selain mengeluarkan kebijakan baru untuk mencegah percepatan pelemahan ekonomi.
Ekonomi negara itu diperkirakan tumbuh 6,8% selama triwulan Juli-September . Angka itu turun dari pertumbuhan 7% pada triwulan kedua, menurut sejumlah ekonom yang disurvei Reuters sebagaimana dikutip, Senin (19/10/2015).
Pertumbuhan tersebut merupakan yang terendah sejak triwulan pertama 2009 ketika pertumbuhan tercatat turun 6,2%.
Sheng Laiyun, Juru Bicara Biro Statistik Nasional China, mengatakan bulan lalu bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga kemungkinan besar akan stabil. Pasalnya, dampak dari pelemahan bursa saham terhadap ekonomi secara luas tidak kuat.
Banyak analis percaya triwulan ketiga akan menandai pelemahan ekonomi pada tahun ini. Namun mereka memprediksi berbagai kebijakan ekonomi yang diumumkan satu tahun terakhir ini secara bertahap akan memberi efek positif. Sebagian ekonom lainnya memperkirakan akan ada pemulihan ekonomi yang signifikan.
"Pertumbuhan pada triwulan ketiga akan menjadi yang terendah tahun ini pada saat pemerintah mengeluarkan banyak kebijakan," ujar Wang Jun, Senior Economist China Center for International Economic Exchanges (CCIEE). Akan tetapi dia menyebutkan tidak tertutup kemungkinan kemungkinan pertumbuhan akan kian melemah pada triwlulan keempat.