Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARI PANGAN SEDUNIA Ke-35: Dorong Pemanfaatan Pangan Lokal

Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) terus mendorong pemanfaatan pangan lokal sebagai salah satu sumber kedaulatan pangan yang tertuang dalam rencana strategis 2013-2017.
Kembangkan pangan lokal.?JIBI
Kembangkan pangan lokal.?JIBI

Bisnis.com, KUPANG ---  Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) terus mendorong pemanfaatan pangan lokal sebagai salah satu sumber kedaulatan pangan yang tertuang dalam rencana strategis 2013-2017.

"Sebab kepedulian terhadap potensi pangan di Indonesia termasuk di Nusa Tenggara Timur (NTT) juga masuk dalam empat tema utama program Kehati, yaitu pangan, energi, kesehatan, dan air," kata Program Officer Ekosistem Pertanian Yayasan Kehati Puji Sumedi di Kupang, Sabtu (17/10/2015).

Ia mengatakan hal itu dalam rangkaian kegiatan Hari Pangan Sedunia 2015, sekaligus sebagai bentuk dukungan Kehati terhadap pemanfaatan sumber pangan lokal oleh petani.

"Untuk pangan lokal, bisa dilihat di kawasan Flores Timur dengan pemberdayaan petani pangan lokal. Di Sulawesi Utara, tepatnya di Pulau Sangihe, Kehati juga mengajak petani untuk kembali bercocok tanam yang lestari untuk komoditas rempah dan sagu. Begitu pula yang Kehati lakukan bersama para petani di Yogyakarta dengan memanfaatan aneka umbi," katanya.

Menurut Puji Sumedi, tiga kata kunci dalam tema HPS 2015, yaitu pemberdayaan petani, penggerak ekonomi, dan kedaulatan pangan.

"Memulai dari pemberdayaan petani, bisa dirujuk data-data dari Badan Pusat Statistik tentang nasib petani. Data sudah bicara bahwa profesi petani tak lagi menjadi pilihan utama generasi muda. Tetapi, semacam kewajiban turun-temurun atau memang tak ada lagi pilihan pekerjaan yang lain," katanya.

Di Indonesia, katanya, nasib petani seakan tak berjamin. Jika gagal panen dan lahan tergadai, pemerintah belum bisa mengulurkan tangannya.

Setidaknya, kata di,a angin sejuk sudah berembus mulai pekan pertama Oktober 2015. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan mulai pekan ini, petani yang gagal panen biasa mendapatkan uang santunan asuransi pertanian.

"Kebijakan tersebut, berlaku lantaran dana premi asuransi sebesar Rp 150 miliar kepada Asuransi Jasindo sebagai penyelenggara asuransi pertanian sudah dicairkan," kata Puji.

Ia mengatakan langkah positif tersebut perlu dukungan dari internal petani yang artinya mereka juga harus cerdas dan inovatif sesuai dengan kondisi geografis dan iklim setempat.

Puji mencontohkan untuk petani di NTT dengan lahan yang kering, lebih membutuhkan teknik pertanian dengan memanfaatkan sedikit air untuk membudidayakan tanaman agar bisa tumbuh subur di lahan kering.

Ia mengharapkan petani bisa tetap mendapatkan pendapatan, tanpa tergantung dengan musim.

Menurut dia, kesejahteraan petani akan membuat pekerjaan itu berkelanjutan, karena generasi muda melihat menjadi petani adalah bidang pekerjaan yang menjanjikan.

"Merujuk pada kata kunci kedua, bahwa pemberdayaan petani sebagai penggerak ekonomi pun bisa terwujud," katanya.

Terkait dengan kedaulatan pangan, katanya, Undang-Undang Pangan No 18 Tahun 2012 sudah mendefinisikan kedaulatan pangan dalam pasal 1 ayat 2.

Kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.

"Definisi tersebut menegaskan posisi pangan lokal. Sayangnya kedaulatan pangan belum ditanggapi serius oleh pemerintah," katanya.

Ia mengatakan bukti nyata adalah target swasembada pangan bisa dilihat dari jumlah yang harus dicapai hanya berkutat pada varietas padi, jagung, dan kedelai (pajale). Padi dengan 73,4 juta ton gabah kering giling, jagung 20 juta ton, dan kedelai 2,5 juta ton.

"Idealnya sumber swasembada pangan itu tidak hanya diukur dari pajale, sesungguhnya potensi pangan Indonesia sangat kaya," ujar Puji.

Ia mengemukakan pentingnya masyarakat Indonesia bersyukur karena Tuhan menciptakan berbagai jenis pangan di bumi. Ungkapan syukur itu, dengan memanfaatkan potensi yang ada sebaik mungkin untuk kehidupan masyarakat.

"Ini adalah dasar yang paling sederhana untuk jadi landasan kebijakan," kata dia.

Di samping berbagai alasan lain baik secara ilmiah maupun secara aspek sosial dan budaya, katanya, sesungguhnya melestarikan anugerah keragaman pangan di Indonesia suatu sikap yang bijak.

Ia mengemukakan pelestarian tersebut terwujud dalam penanaman kembali sumber pangan lokal dan mengomsumsinya kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper