Bisnis.com, JAKARTA – Pasar mainan anak masih didominasi mainan impor hingga 70% dan perjalanan produsen lokal untuk menguasai pasar dalam negeri masih cukup panjang.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Eko Wibowo mengatakan bahwa pengalihan porsi tersebut membutuhkan waktu yang lama, dimulai dari distributor barang impor yang melakukan pengemasan ulang di dalam negeri.
“Sekarang sudah banyak pengusaha yang mulai beralih dari impor barang ke tahap repacking. Jadi mereka impor dalam bentuk loose pack, packing di sini. Itu mengejar kuantitas dan harga yang murah juga,” ujarnya kepada Bisnis.com.
Setelah itu, tahap selanjutnya ialah melakukan perakitan di dalam negeri. Dia menjelaskan bahwa ketersediaan bahan baku mainan juga masih sulit diperoleh secara lokal. Saat ini yang tersedia hanya barang-barang dengan teknologi sederhana. Namun untuk barang yang melibatkan komponen elektronik bahkan untuk ban mainan sekalipun, masih harus diimpor.
“Tahap berikutnya baru benar-benar semua di sini. Mainan itu orientasinya belum untuk ekspor. Untuk isi pasar lokal saja, terus terang masih panjang perjalanannya,” jelasnya.
Dia mengatakan saat ini produsen lokal juga belum berani untuk melakukan kreasi dalam memproduksi jenis produk baru. Selama ini, produsen hanya mengikuti tren pasar.
“Jadi mana barang yang laku, itu yang dibuat. Ini karena sifat mainan itu hanya bertahan tiga bulan. Jadi umurnya memang tidak panjang sehingga produsen cenderung cari aman,” katanya.