Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Global Melemah, Permintaan Sawit Tetap Naik

Beberapa negara tujuan ekspor utama crude palm oil (CPO) tetap menunjukkan pertumbuhan cukup signifikan, kendati mengalami perlambatan ekonomi. Kebutuhan akan minyak sawit dunia terus meningkat meski permintaan per bulannya masih fluktuatif.
Buah kelapa sawit/Antara
Buah kelapa sawit/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa negara tujuan ekspor utama crude palm oil (CPO) tetap menunjukkan pertumbuhan cukup signifikan, kendati mengalami perlambatan ekonomi. Kebutuhan akan minyak sawit dunia terus meningkat meski permintaan per bulannya masih fluktuatif.

Berdasarkan laporan dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), volume ekspor CPO Indonesia ke China pada September 2015 mengalami penurunan sebesar 7,5%, tetapi jika dilihat secara akumulatif selama Januari-September, volume ekspor ke Negeri Panda tersebut justru meningkat sebesar 59% secara year on year.

Peningkatan permintaan tersebut disebabkan produksi minyak nabati di China mengalami penurunan dibandingkan dengan 2014, sehingga impor untuk meningkatkan stok minyak nabati di negara tersebut tidak terhindari.

Sementara India pada September 2015 meningkatkan pengapalan CPO dari Indonesia hingga 72%. Pada periode Januari-September 2015 peningkatan volume ekspor CPO ke India tumbuh 25% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Selain untuk meningkatkan stok di saat harga murah, saat ini kebutuhan CPO untuk industri makanan di India juga mengalami peningkatan.

Peningakatan permintaan pada September juga terjadi di Eropa, dengan pertumbuhan sebesar 41%. Peningkatan tersebut dipicu oleh penurunan suplai dari minyak nabati lain seperti minyak bunga matahari, rapeseed, dan canola.

Berdasarkan data Oil World, peningkatan permintaan minyak sawit di Uni Eropa ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasokan biodeiesel di kawasan tersebut.

Di saat yang sama, pengurangan impor minyak sawit Indonesia pada September terjadi di Amerika Serikat dengan penurunan  sebesar 46%. Penyebabnya adalah produksi kedelai yang cukup tinggi di saat permintaan di negara tersebut tidak mengalami kenaikan signifikan.

Stok kedelai yang melimpah di AS menekan harga komoditas tersebut yang kemudian memicu peningkatan permintaannya. Hasilnya, impor minyak nabati lainnya seperti minyak sawit berkurang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper