Bisnis.com, JAKARTA - Standar global baru untuk produksi minyak sawit secara berkelanjutan yang disepakati oleh Pemerintah Indonesia dan Malaysia akan lebih ramah terhadap petani kecil di Indonesia dan Malaysia.
Rizal Ramli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, mengatakan selama ini standar global yang ketat kerap merugikan petani kecil di Indonesia dan Malaysia. Pasalnya, standar tersebut hanya dapat dipenuhi oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit besar di kedua negara.
“Kami akan masukkan pertimbanhan sosio-ekonomi, karena ini menyangkut petani sawit di Indonsia dan Malaysia,” katanya di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (11/10/2015).
Rizal menuturkan standar baru tersebut juga akan lebih ramah lingkungan, karena mengharmonisasikan standar yang saat ini berlaku di Indonesia dan Malaysia. Dengan begitu, diharapkan industri sawit akan lebih menguntungkan kedua negara dibandingkan dengan sebelumnya.
Menurutnya, pembuatan standar baru tersebut akan menjadi salah satu tugas yang akan diselesaikan oleh satuan tugas bersama yang disepakati Indonesia dan Malaysia. Kedua negara juga telah menyepakati membagi dua kewajiban yang harus dipenuhi untuk pembenyukan satuan tugas tersebut.
“Soal organisasi yang formal dan pendanaan sudah disepakati, kami akan membagi dua antara Indonesia dengan Malaysia. Sekretariatnya akan ditetapkan di Jakarta,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyebutkan hasil dari harmonisasi standar yang berlaku di Indonesia dan Malaysia akan dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Najib Tun Razak menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Asean di Kuala Lumpur, dan pertemuan APEC pada November mendatang.