Bisnis.com, JAKARTA—Sinergitas antar moda transportasi laut, udara, darat dan kereta akan menciptakan kelancaraan bagi proses supply chain khususnya di Indonesia. Hal tersebut dapat menekan biaya logistik yang mana saat ini masih terhitung sangat tinggi dibandingkan luar Indonesia.
Vice President Freight Marketing, Sales & Customer Care PT Kereta Api Indonesia (KAI) Sukairi mengatakan moda transportasi kereta api adalah salah satu transportasi yang bisa menyelesaikan masalah keruwetan jalan raya karena berbasis rel. Saat ini memang masih sedikit perusahaan yang memanfaatkan moda tersebut untuk proses supply chain mereka.
“Saya rasa mereka melihat KA itu masih harus double handling ya belum bisa door to door. Namun, kalau mereka mau membiayai pembangun rel hingga ke pabrik-pabrik mereka itu akan sangat mudah dan murah bagi mereka sendiri,” ucapnya Senin (12/10/2015).
Jika tidak masuk ke pabrik, lanjutnya, mereka bisa membangun pabrik dekat dengan stasiun-stasiun kereta sehingga bisa dengan mudah menjangkaunya. Tentu saja disinilah fungsi perusahaan truk sangat berguna yakni sebagai feeder atau penghubung.
“Iya masih harus pakai truk, seperti halnya yang dilakukan oleh anak perusahaan KAI yaitu KA Logistik dimana telah melakukan loading unloading di stasiun-stasiun sehingga proses pengangkutan barang dengan kereta semakin mudah,” ucapnya.
Selain itu, Sukairi memaparkan tarif pengiriman dengan KA tentu jauh lebih murah dibandingkan moda transportasi lain. Namun, memang masih terkendala dengan kendaraan penghubung hingga ke tujuan akhir.
Dari sisi kelautan, Achyar Abdul Mutholib, Managing Director-Container Shipping Division PT Samudera Shipping Service menilai integrasi multimoda dalam bidang logistik dapat diterapkan melalui regulasi yang diatur oleh pemerintah. Menurutnya, pemerintah harus mulai mengatur perjalanan aktivitas logistik dengan membedakan mobilitas barang masih bisa diangkut oleh truk, kapal, dan kereta api.
Dia mengatakan ongkos pengiriman barang melalui kapal yang masih dianggap mahal oleh pengguna jasa karena pelayaran harus menanggung beban yang tidak memberatkan angkutan darat dan kereta api. Untuk menjalankan kapal, dia harus mengeluarkan biaya lebih mahal dengan membeli bahan bakar minyak dengan harga industri yang membebani biaya operasional hingga 30%-40%.
"Kalau darat itu ada hidden cost yang dicover pemerintah. Seperti subsidi BBM dan perbaikan jalan yang dianggarkan lewat APBN. Laut butuh support dari sisi pelabuhan. Misalnya, biaya penanganan kontainer kosong itu diberikan keringanan," jelasnya.
Managing Director Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman mengungkapkan memang angkutan truk bisa melayani pelanggan langsung secara door to door. Kelebihan tersebut juga membuat usaha ini diminati oleh pelanggan yang tidak ingin rumit.
“Harga truk itu sedang, KA tarifnya murah, sedangkan kapal laut harusnya lebih murah dan udara itu sangat mahal. Namun memang tiga moda transportasi lain masih terbatas di stasiun, pelabuhan dan bandara saja,” tutupnya.