Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Estimasi Kerugian Akibat Bencana Asap Rp200 Triliun

Kerugian akibat kebakaran hutan diprediksi mencapai Rp200 triliun

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai kerugian akibat praktik pembakaran hutan dan bencana asap yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan 2015 diprediksi mencapai Rp200 triliun.

Peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR) Herry Purnomo mengatakan kerugian tersebut merupakan akumulasi dari berbagai faktor seperti kesehatan, kerusakan kayu, pencemaran udara, hingga hilangnya kanekaragaman hayati.

Provinsi Riau, imbuh dia, telah melaporkan kerugian hingga Rp20 triliun. Sementara kebakaran terjadi di ada enam provinsi Indonesia. Singapura pun telah melaporkan kerugian hingga US1,5 miliar atau sekitar Rp20 triliun.

“Jadi ada sekitar Rp150 trilun kerugian di Indonesia ditambah Singapura. Kalau ditambah negara lain mungkin bisa Rp200 triliun akibat bencana ini,” ujarnya di Jakarta, Kamis (8/10/2015).

Sebaliknya, Herry mengatakan, segelintir pihak justru menikmati keuntungan dari aksi pembakaran hutan. Mereka adalah elit daerah baik itu pemimpin desa, kecamatan, kabupaten maupun tokoh-tokoh masyarakat yang langsung atau tidak membiarkan kebakaran terjadi.

Herry mengatakan kelompok tersebut mengambil untung dari pembakaran sebagai metode pembukaan lahan yang lebih murah ketimbang mekanisasi. Pemilik lahan hanya bermodalkan Rp800.000 per hektare (ha) saat membakar lahan, sementara kalau menyewa traktor butuh biaya empat sampai lima kali lipat.

Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, pembakaran adalah langkah awal meningkatkan nilai jual lahan khususnya untuk perkebunan sawit.

Dia mencontohkah lahan gambut di Riau seharga Rp8,5 juta per ha. Pascapembakaran, nilai lahan membengkak menjadi Rp11 juta. Dalam tiga tahun, nilai jual lahan yang sudah ditanami menyentuh Rp40 juta. 

“Jadi masuk akal bila sawit adalah investasi paling menguntungkan di Indonesia. Semua itu dimulai dari kegiatan membakar,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif KEMITRAAN Monica Tanuhandaru mengatakan aksi pembakaran di Indonesia terus berulang tetapi tidak ada tindakan pencegahan nyata. Lembaganya mencatat pada 1982 kebakaran terjadi di 3,2 juta ha lahan, pada 1994 melonjak menjadi 5 juta ha, dan puncaknya pada 1997 seluas 1,7 juta ha.

Pada tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah merilis estimasi area terbakar yang mencapai 200.000 ha. “Tapi data harus kita sinkronkan bersama-sama,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper