Bisnis.com, Jakarta -- Ketua DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki N. Hanafi menilai turunnya harga Solar senilai Rp200 tidak akan berpengaruh pada harga pokok penjualan komoditi yang diterima konsumen. Dia mengatakan pemerintah tidak transparan mengenai perhitungan penurunan harga Solar kepada publik.
Padahal, pelaku industri logistik berekspektasi pada kisaran 7,5%-10% dari harga Solar sebelumnya. Dia bahkan meyakini apabila penurunan Solar mencapai Rp1.000 per liternya dapat menurunkan harga barang di pasaran.
"Turunnya berapa tergantung produknya apa. Kami berharap pemerintah terus mengevaluasi harga jual Solar setiap bulannya sehingga bulan depan bisa turun lagi," katanya, Kamis (8/10/2015).
Pendapat yang sama dilontarkan oleh Ketua Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita. Menurutnya, biaya penghematan senilai Rp200 per liter itu dapat digunakan untuk menghapus biaya pengujian kendaraan bermotor untuk truk. Terlebih, sepinya pasar angkutan barang telah menyebabkan perangbtarid dan biaya tranport menjadi turun seiiring sepinya permintaaan
"Penurunan Solar Rp200 tidak berdampak apa-apa pada biaya transport ataupun biaya logistik. Turun 3% dari Solar terlalu kecil, minimal 10% atau mending sama sekali tidak usah diturunkan," ujarnya.