Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan pelaku industri seamless pipe atau pipa khusus tanpa sambungan menyatakan bahwa Indonesia tak ketinggalan dalam teknologi ulir untuk seamless pipe.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Oil Country Tubular Goods (OCTG) & Accesories Soelasno Lasmono mengatakan bahwa hasil teknologi ulir pada seamless pipe Indonesia diekspor negara-negara penghasil minyak, seperti Timur Tengah, Pakistan, dan Australia. Termasuk ke negara produsen pipa seperti China dan India.
“Produsen kita ini prosesor, bukan pembuat. Artinya, pipa yang sudah ada disesuaikan dengan kebutuhan. Apakah kekuatannya ditambah, atau ulirnya disesuaikan. Karena [seamless pipe] ini menyambungkannya dengan ulir yang membutuhkan teknologi khusus. Jadi meski kita impor pipa dari China, tapi setelah diproses kita ekspor kembali ke sana karena mereka belum punya teknologi untuk ulir tertentu,” jelasnya pada Bisnis.com, baru-baru ini.
Meski demikian, Soelasno mengatakan Indonesia belum memiliki industri di sektor hulu untuk pipa. Sehingga selama ini pipa mentah harus diimpor dari Jepang, India, China, Argentina, dan Meksiko. Ketiadaan industri hulu tersebut, menurutnya, dikarenakan oleh investasi yang besar sementara serapan dalam negeri belum besar. Sehingga tidak ada kepastian pasar.
“Kalau bikin industri hulu, mulai dari pengecoran sampai jadi pipa itu, kapasitas minimumnya 300.000 ton. Sementara serapan kita saja maksimal masih 200.000 ton. Kalau tidak terserap, orang tidak akan mau buat kan,” ujarnya.
Dia mengatakan produksi pipa tersebut juga tidak bisa diekspor karena harganya yang kalah bersaing dengan produk China dan India. Hal ini disebabkan oleh mahalnya ongkos logistik dan birokrasi yang membuat daya saing produk dalam negeri menjadi rendah.
“Sekarang yang memungkinkan diekspor masih produk hasil teknologi ulirnya saja. Kalau untuk pipanya masih belum bisa,” jelasnya.