Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri seamless pipe atau pipa tanpa penyambung mengalami tren penurunan hingga 80%-90% pada semester kedua tahun ini akibat jatuhnya harga minyak dunia yang membuat proyek pengeboran berkurang.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Oil Country Tubular Goods (OCTG) & Accesories Soelasno Lasmono menjelaskan bahwa kapasitas produksi yang mencapai 1,2 juta ton per tahun sudah berlebih dalam kondisi normal yang kebutuhannya hanya berkisar 180.000 ton – 200.000 ton.
“Kalau normal harga minyak masih US$80-US$120 per barel, kita masih bisa ekspor dari yang kapasitasnya berlebih itu. Sekarang, mau ekspor juga sama saja, tidak ada kebutuhan,” ujarnya pada Bisnis.com, baru-baru ini.
Saat ini, utilisasi pabrik hanya berkisar 10%-20%. Dia mengatakan bahwa kalangan produsen masih belum melihat adanya prospek perbaikan di tahun depan. Semuanya bergantung pada harga minyak dunia yang secara langsung berdampak pada adanya proyek pengeboran baik di dalam, maupun luar negeri.
Dia menjelaskan bahwa penurunan ini sudah dirasakan sejak awal tahun. Bahkan beberapa produsen sudah mulai mengurangi tenaga kerja, khususnya bagi karyawan non-organik. Menurutnya, industri tersebut terpaksa harus mengurangi sekitar 2.000 orang tenaga kerja hingga akhir tahun nanti, dari total serapan tenaga kerja sebesar 12.000 orang.
“Sekarang kalau keliling ke pabrik-pabrik, semua sepi. Tapi argo bulanan untuk gaji dan operasional jalan terus. Bisa dikatakan cuma membayar orang nganggur. Sudah ada beberapa perusahaan yang melakukan early termination, early retirement,” tambahnya.