Bisnis.com, YOGYAKARTA - Ketua Umum Paguyuban Pecinta Batik Indonesia "Sekar Jagad", Larasati Suliantoro Sulaiman menilai masyarakat masih membutuhkan edukasi dari pemerintah untuk membedakan batik asli dan printing.
"Sampai sekarang masih banyak yang belum bisa memebedakan mana yang batik printing mana yang batik tulis, atau cap," kata Larasati, Selasa (6/10/2015).
Padahal, menurutnya, kehadiran batik printing yang kebanyakan impor dari China itu sejak dahulu telah merusak pasar batik asli baik tulis, maupun cap dengan harga yang jauh lebih rendah.
"Karena harganya murah banyak masyarakat yang senang, padahal itu bukan batik, melainkan tekstil bermotif batik," katanya.
Dia mengakui meski kualitasnya rendah, batik printing masih akan menjadi tantangan besar para pengrajin batik nasional menghadapi era pasar bebas Asean. "Meski secara kualitas tidak bisa disejajarkan, tetapi sudah telanjur ekspansif di pasaran batik Indonesia," kata dia.
Oleh sebab itu, ia berharap masing-masing pemerintah daerah dapat memberikan sarana sosialisasi atau edukasi agar masyarakat yang masih awam mengenai batik, tidak terjerumus membeli tekstil bermotif batik.
Apalagi dengan berupaya mengetahui keaslian batik, menurutnya, masyarakat telah menghargai seni dan proses pembuatan batik nasional yang rumit.
"Batik itu kan sarat etika, serta makna dalam setiap karyanya yang jauh berbeda dengan batik printing," katanya.
Kepala Seksi Konsultasi balai Besar Kerajinan dan batik (BBKB) Kementerian Perindustrian di Yogyakarta Bachtiar Totosantosa mengatakan telah berulang kali menyelenggarakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai cara membedakan batik asli atau printing.
Namun dia menyadari bahwa masih banyak masyarakat yang belum betul-betul memahami bagaimana membedakannya. "Ada yang sudah tahu tapi cenderung lalai karena lebih mementingkan persoalan harga," kata dia.
Menurut Bachtiar, secara umum masyarakat dapat mengetahui keaslian batik dengan mengetahui adanya logo "batik mark" atau label penjamin mutu dan keaslian batik yang tertempel di kain. "Sayangnya memang masih banyak pengrajin yang belum menggunakan "batik mark"," kata dia.
Selain itu, indikasi keaslian batik juga dapat dilihatmelalui tekstur kain. Batik printing cenderung memiliki tekstur kain yang kaku, sementara batik asli jika kainnya dipegang terasa lebih lembut. "Harganya juga cenderung lebih mahal, sementara printing lebih murah," katanya.
Masyarakat Masih Buta Bedakan Batik Asli & Abal-abal
Ketua Umum Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad, Larasati Suliantoro Sulaiman menilai masyarakat masih membutuhkan edukasi dari pemerintah untuk membedakan batik asli dan printing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 jam yang lalu