Bisnis.com, JAKARTA—Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika mengatakan bahwa rencana pemerintah membangun fasilitas pengolahan gas alam cair (LNG) blok Masela yang terapung di laut Arafura (offshore) tidak banyak memberi multiplier effect bagi masyarakat.
Menurutnya, pembangunan proyek pencairan gas alam tersebut seharusnya dilakukan di darat, tidak seperti direkomendasikan oleh SKK Migas yang meminta dibangun terapung seperti sebuah kapal induk. Selain itu, dia juga menyangsikan keamanan dan kestabilan operasi pencairan gas tersebut.
"Kalau dibangun di darat maka kepentingan domestik lebih terjamin, akan ada multiplier effect terhadap warga masyarakat,” ujarnya dalam diskusi bertema “Blok Masela Untuk Siapa?” yang dihadiri sejumlah mantan eksekutif perminyakan dan gas. Selain Kardaya dan mantan Menakertrans Alhilal Hamdi, turut jadi narasumber dalam diskusi itu mantan CEO PT Chevron Indonesia Suwito Anggoro dan mantan Dirut LNG Bontang Yoga Suprapto.
Dia juga menyebutkan kalau pembangunan fasilitas itu di atas laut maka peluang untuk terjadinya perluasan fasilitas pengolahan dan turunannya sangat kecil.
Kardaya mencontohkan pembangunan pengolahan gas Bontang di Kalimantan Timur yang membuat munculnya pabrik petrokimia di wilayah itu. Dengan demikian masyarakat sekitar ikut menikmati dampak ekonomi dari pembangunan fasilitas tersebut.
Pendapat senada disampaikan oleh Alhilal Hamdi yang menyebutkan bahwa tantangan pengolahan LNG terapung adalah masalah kestabilan dan keamanan operasi selain persoalan keselamatan opreasi.
“Jangan sampai proyek ini menjadi kelinci percobaan. Kami telah melakukan kajian bahwa pembangunan fasilitas pengolahan gas itu lebih layak di darat,” ujar Alhilal. Menurutnya, dengan membangun di darat, tidak aka ada masalah dengan memasang pipa dari laut ke darat termasuk melewati palung sekalipun.
Dia mencontohkan proyek yang sama ada di daratan Aljazair dan gasnya kemudian dialirkan lewat pipa bawah laut ke spanyol. Dia pun memaparkan bahwa biaya untuk pembangunan fasilitas itu secara terapung akan lebih mahal, yakni sekitar US$22 milia, sedangkan kalau di darat hanya US$16 miliar.
Sebelumnya, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan akan mengikuti rekomendasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam membangun infrastruktur gas di Blok Masela. Dia mengatakan, SKK Migas merekomendasikan fasilitas pengolahan gas menjadi gas alam cair (LNG) dibangun terapung di atas laut berupa kapal.