Bisnis.com, Jakarta--Pelaku usaha logistik menyambut baik niatan pemerintah untuk mengobati kondisi perekonomian makro dengan menurunkan harga Bahan Bakar Minyak. Ketua DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki N. Hanafimenyampaikan penurunan harga BBM bisa dilakukan sejak dua bulan lalu.
Dia menjelaskan bahwa pelaku logistik tengah mengalami situasi yang sulit dimana angkutan logistik darat mulai perang tarif di tingkat ritel. Perang tarif itu, paparnya, bagian dari upaya untuk tetap menghasilkan profit dengan mengorbankan aset seperti karyawan dan jam kerja.
Efisiensi karena kondisi yang sekarang misalnya melakukan PHK [Pemutusan Hubungan Kerja], pengaturan jam kerja, dan menghitung ulang semuanya. Karena terbatasnya angkutan yang ada, ini memicu terjadi adanya perang tarif, ujarnya, Senin (5/10/2015).
Dia menyebutkan kondisi aktivitas logistik hingga kini menurun 32%-33%, namun beberapa komoditi mengalami kenaikan terutama yang diangkut melalui udara meningkat 3%-4%. Dia meyakini dengan wacana penurunan harga BBM akan berpengaruh pada pengangkutan logistik via darat.
Hampir semua angkutan darat memakai Solar, jadi kalau tingkat penggunaan alat angkut darat mencapai 90% di Indonesia, ya, berarti angkanya cukup besar, katanya.
Yukki menambahkan penurunan harga BBM belum tentu akan mengerek harga jual barang di lapangan akan turun. Namun, dia berharap pemerintah tak sekadar wacana soal penambahan subsidi BBM. Selain itu, dia meminta pemerintah transparan dalam menetapkan harga BBM yang baru termasuk perincian perhitungan harga jual BBM.