Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku industri rayon optimistis kapasitas nasional akan mengalahkan India dengan kapasitas produksi 800.000 ton per tahun, seiring dengan hadirnya fasilitas produksi baru maupun ekspansi bisnis dalam lima tahun mendatang.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Syntetic Fiber Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta tren kebutuhan serat tekstil sudah mengarah pada serat buatan. Dengan begitu, kesempatan bagi industri nasional untuk meningkatkan investasi rayon, baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor.
“Tantangannya, dengan meningkatnya investasi rayon harus juga diiringi investasi pemintalan. Kalau tidak, dikhawatirkan selama dua tahun mendatang kita over supply,” tuturnya kepada Bisnis.com.
Saat ini, kapasitas rayon nasional berada pada kisaran 500.000 ton per tahun. Realisasi produksi tahun lalu sebanyak 480.000 ton, dengan serapan domestik sebanyak 362.000 ton, sementara ekspor 189.000 ton.
Redma mengatakan ekspansi bisnis yang dilakukan industri serat membuktikan penguatan upstream industry sudah dilakukan di Tanah Air. Sekarang, tinggal bagaimana sektor hilir semakin memperkuat diri.
Tahun lalu, total kebutuhan serat 1,76 juta ton, terdistribusikan dari kapas sebesar 34%, serat polyester 39%, rayon 21% dan lainnya 6%. Permintaan bahan baku bergeser jika dibandingkan dengan konsumsi 2011, dengan total 1,4 juta ton yang terbagi untuk kapas 36%, serat polyester 42%, rayon 18% dan lainnya 4%.
“Permintaan global memang akan terus meningkat dan lebih tinggi daripada kebutuhan lokal, tetapi industri dalam negeri juga harus meningkatkan, sehingga tidak terjadi kebanjiran,” tambahnya.