Bisnis.com, JAKARTA--Wakil Presiden Jusuf Kalla meyakini kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat atau fed rate tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kondisi ekonomi nasional
Menurut dia, Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunga acuan secara drastis dengan level lebih dari 100 basispoin seperti yang terjadi di Indonesia. Maka itu, JK yakin suku bunga yang hanya meningkat tipis tak berimbas besar terhadap penarikan dana asing di Indonesia.
Terlebih, suku bunga acuan Indonesia masih jauh lebih tinggi dan kompetitif dibanding imbal hasil yang diberikan Negeri Paman Sam tersebut.
"Tak apa, mereka naik tidak seperti kita 1%-2%, mereka naik seperlima persen. Jadi pasti ada efeknya tapi tak besar," kata JK di Kantor Wakil Presiden, Kamis(17/9/2015).
Jikapun dana-dana asing diperkirakan hinggap ke pasar finansial AS, dia optimis hal itu tak akan terjadi selamanya dan investor akan kembali menempatkan dananya ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Menanggapi hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang memutuskan BI rate di level tetap sore ini, JK menilai hal itu untuk menjaga stabilitas pasar finansial.
"Itu untuk jaga stabilitas, yang penting tidak naik," tuturnya.
Besok waktu setempat, bank sentral AS The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan membahas penaikan suku bunga acuan.
Adnan Chaniago, analis senior PT Global Artha Futures, mengatakan buruknya data inflasi AS membuat ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve (the Fed) kian menipis.
Apalagi, malam ini akan menjadi penentuan kenaikan suku bunga seiring pengumuman hasil Federal Open Market Committee (FOMC).
Dalam survei memang diperkirakan the Fed berpotensi menaikkan suku bunga dalam rentang 13 bps sampai 25 bps. Tapi, itu semua berpotensi kembali ditunda karena sejumlah data ekonomi AS pada Agustus kurang memuaskan dari non-farm payroll yang di bawah 200.000 sampai inflasi yang -0,1%.