Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk berharap kontribusi pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah tidak hanya dilakukan oleh sektor industri perbankan saja.
Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri Pahala N Mansury mengatakan saat ini Indonesia masih memiliki ketergantungan pembiayaan infrastruktur melalui perbankan.
"Ada sekitar Rp570 triliunan pembiayaan dari sektor perbankan saat ini. Angka ini cukup tinggi dibanding pembiayaan yang berasal dari pasar uang dan pasar modal. Kita harus mengurangi ketergantungan bank. Bangun infrastruktur kalau tergantung perbankan juga tidak terlalu baik," ujarnya di Jakarta, Senin (7/9/2015).
Menurutnya, untuk membiayai sektor infrastruktur juga dilakukan oleh sektor pasar modal dan pasar uang karena dinilai lebih baik dibandingkan pembiayaan melalui perbankan.
"Pasar modal dan pasar uang masih kecil tingkat utilisasinya. Lebih besar sektor perbankan. Padahal, pendalaman pasar keuangan melalui pendanaan pasar uang dan pasar efek lebih baik karena dirasa lebih stabil," kata Pahala.
Dari sisi forex market dibanding ekspor impor Indonesia berada sekitar 1,5%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan negara lain yang telah mencapai Sementara negara lain seperti Thailand dan 2% hingga 3%.
"Jadi kalau terjadi sesuatu sama kita, enggak heran. Makanya pendalaman sektor keuangan ini sangat penting," ucap Pahala.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin menambahkan Indonesia membutuhkan sektor keuangan yang kuat dan dalam untuk mendukung pencapaian target-target pembangunan serta menciptakan kestabilan perekonomian.
Kebutuhan itu tidak mungkin hanya dipenuhi oleh sistem perbankan karena keterbatasan dana pihak ketiga.
"Kita perlu membangun infrastruktur pasar keuangan yang memungkinkan adanya kontribusi signifikan kepada pembiayaan pembangunan," ujarya.
Saat ini, seluruh pemangku kepentingan perlu menginvestasikan seluruh sumber daya untuk membangun infrastruktur pasar keuangan agar pemerintah mendapatkan alternatif sumber pembiayaan pembangunan, selain dari sektor perbankan maupun pinjaman luar negeri.
"Pembangunan infrastruktur pasar keuangan dapat dilakukan melalui kombinasi kebijakan moneter, publik dan fiskal. Misalnya, relaksasi ataupun deregulasi dalam hal perizinan sehingga dapat mempercepat dan mempermudah proses emisi, tambah Budi.
Kelebihan dari pendalaman sektor keuangan yang jika berhasil dilakukan akan meningkatkan produk domestik bruto (GDP) menjadi US$600 miliar pada tahun 2030, dan kenaikan pemasukan per kapita sebesar 15%.
Riset Mandiri Institute dan Oliver Wyman memperlihatkan jika pasar finansial Indonesia relatif masih dangkal dibandingkan negara lain di Asia Tenggara.
Hal ini terlihat dari jumlah emiten saham di Bursa Efek Indonesia yang mencapai 540 perusahaan, dibandingkan dengan 1.400 perusahaan di Thailand dan 2.360 perusahaan di Malaysia.
Jumlah emiten obligasi domestik sebanyak 140 perusahaan, dibandingkan dengan 304 emiten di Thailand dan 1.008 di Malaysia.
Tingkat partisipasi investor ritel di pasar keuangan Indonesia baru mencapai 0,2% dari total populasi atau sekitar 450.000 investor.
Partisipasi investor ritel di India telah mencapai 2% dari total populasi. Hal ini menyebabkan tingkat kontribusi pasar saham Indonesia ke PDB baru mencapai kisaran 49%, dibandingkan dengan Thailand 111%, Malaysia 141%, dan India 149%.