Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina akan Kembali Ngebor di Blok West Madura Offshore

PT Pertamina (Persero) bakal kembali melakukan pengeboran di Blok West Madura Offshore (WMO) guna menambah cadangan dan produksi minyak, sekalipun harga minyak dunia belum membaik.
Pengeboran lepas pantai/Ilustrasi-tambang.co
Pengeboran lepas pantai/Ilustrasi-tambang.co

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) bakal kembali melakukan pengeboran di Blok West Madura Offshore (WMO) guna menambah cadangan dan produksi minyak, sekalipun harga minyak dunia belum membaik.

“Pada 2016, Pertamina akan melakukan 2 pengeboran sumur eksplorasi dari 9 rencana sumur eksplorasi hingga 2018.  Kami harus menambah cadangan minyak nasional agar produksi nasional di masa akan datang bisa ditingkatkan,” kata Direktur Utama Pertamina  Dwi Sutjipto dalam siaran pers yang dilansir, Senin (7/9/2015).

Hal itu disampaikan Dwi Sutjipto saat mengunjungi FSO Aberkah yang ada di Wilayah Kerja (WK) Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore dan  Poleng Processing Platform (PPP) milik Pertamina EP yang ada di 50 mil laut lepas Bangkalan.

Pertamina menargetkan kontribusi sebesar 40 % dari total produksi minyak nasional pada 2019. Saat ini, perusahaan pelat merah itu baru berkontribusi sekitar 23% dari total produksi minyak nasional sebesar 830.000 barel per hari. 

Untuk itu, menurut Dwi, pengeboran sumur eksplorasi dan eksploitasi harus dilakukan. “Saya lihat, biaya produksi PHE WMO dan Pertamina EP di Poleng masih jauh di bawah US$42/barel. Karena itu, tidak ada alasan untuk  menunda pengeboran sumur produksi  ataupun kegiatan eksplorasi untuk menambah cadangan.”

Harga minyak dunia hingga tahun depan masih ada pada kisaran US$50—US$55 per barel. Situasi ini diprediksi berlanjut hingga 4 tahun ke depan.

Dalam situasi seperti ini, lanjutnya, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi harus bisa lebih efisien.

Namun efisiensi itu tdak dimaksudkan untuk menyetop kegiatan pengeboran karena hanya akan menambah kebutuhan impor minyak dan menggerus cadangan minyak. 

“Kalau biaya produksi  di PHE WMO masih di bawah US$25/barel, artinya masih ekonomis. Keuntungannya, bisa mengurangi kebutuhan impor minyak. Jadi kita harus bisa menjelaskan mengapa harus tetap ada pengeboran. ” katanya.

General Manager PHE WMO Boyke Pardede mengungkapkan PHE WMO membutuhkan dukungan untuk mengerjakan proyek prioritas yakni POD Terintegrasi yang tertunda pengerjaannya pada 2015.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper