Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah diimbau tunda pembangunan proyek infrastruktur yang berpotensi mengalirkan valuta asing ke luar negeri dan menyebabkan depresiasi rupiah semakin dalam.
Ekonom Senior Emil Salim menyampaikan target pembangunan proyek pemerintah bertentangan dengan upaya negara menjaga pasokan dolar di dalam negeri.
“Apa tepat waktunya [pembangunan proyek]? Prioritasnya? Lebih baik kencangkan ikat pinggang, mari hemat dolar. Sebentar lagi krisis bisa diatasi,” ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Selasa (1/9/2015).
Pembangunan proyek tentu membutuhkan barang modal yang sebagian besar diperoleh dari luar negeri dan ditransaksikan menggunakan valas. Otomatis, aliran valas yang keluar makin besar dan menyebabkan rupiah semakin melemah.
Untuk itu, menurut dia, pembangunan proyek infrastruktur sebaiknya dioptimalkan setelah krisis ekonomi mereda dan nilai tukar rupiah stabil.
Pernyataan Mantan Menteri Perhubungan era Orde Baru itu terkait dengan kritiknya terhadap rencana proyek pembangunan kereta cepat rute Jakarta-Bandung.
Menurut dia, meski proyek tak didanai oleh pemerintah dan dibebankan kepada investor, namun tetap saja akan terjadi outflow dolar AS ke luar negeri yang menyebabkan rupiah semakin loyo.
Selain menyebabkan depresiasi rupiah, proyek kereta cepat senilai Rp60 triliun itu dianggap tak memiliki urgensi tinggi karena saat ini sudah ada sejumlah akses transportasi memadai yang tersedia.
“Apa tidak lebih baik jalan tol ke laut dibangun, buat strategi prioritas,” tandasnya.