Bisnis.com, JAKARTA— PT Lippo Karawaci Tbk menargetkan unit apartemen dan perkantoran yang terintegrasi dalam kawasan terpadu Holland Village di Jakarta Pusat bisa habis terserap pasar hingga akhir 2015.
Rinto, Salles Manager Holland Village mengatakan perusahaan memasarkan 144 unit perkantoran dan tersisa sekitar 15% atau 22 unit. Komposisi tipe yang belum terjual, yaitu 4 unit ukuran 120 m2 dan 18 unit ukuran 240 m2.
Kini, harga kantor dengan standar grade A tersebut masih dibanderol Rp27 juta/ m2. Padahal, saat awal peluncurannya pada Mei 2014 lalu, perusahaan memasang harga Rp23 juta/ m2.
Dia mengklaim harga yang ditawarkan masih jauh lebih murah dibandingkan perkantoran standar grade A lainnya yang memasang harga di atas Rp30 juta/ m2.
Menurut Rinto, penjualan properti perkantoran tetap lancar meski situasi makro nasional sedang melesu. Pasalnya, beberapa investor apartemen setelah penetapan PPh (Pajak Penghasilan) terhadap barang super mewah dengan batas Rp5 miliar pada Mei lalu, memindahkan bidikannya ke sektor ini.
“Investasi di kantor tidak akan terkena PPnBM ataupun properti super mewah. Hal ini yang membuatnya menarik,” tuturnya saat dihubungi Bisnis.com.
Pemancangan tiang perdana sudah dilakukan tahun lalu, dan saat ini konstruksi bangunan seluas 26.000 m2 tersebut sudah mencapai level basemen tiga. Perusahaan menargetkan proses serah terima dilakukan pada kuartal I/2018.
Hampir sama seperti perkantoran yang laris di pasaran, sambung Rinto, apartemen pun hanya menyisakan 32 unit dari sekitar 600 unit yang dipasarkan.
Hunian vertikal terbagi dalam dua tower dan kini dibanderol dengan harga Rp25 juta/ m2. Saat peluncurannya Mei 2013 lalu, perusahaan menawarkan mulai dari harga Rp18 jutaan/ m2.
Adapun tipe unit yang ditawarkan, yakni 2 kamar tidur, 3 kamar tidur, dan 4 kamar tidur.
“Per unit sekarang Rp1,9 miliar paling murah. Kalau dulu hanya Rp1,5 miliar,” papar Rinto.
Menurutnya, potensi sewa apartemen yang memiliki fasilitas private lift tersebut minimal mencapai 6% sampai dengan 10% per tahun dari harga jual.
Dia berpendapat di tengah situasi ekonomi nasional yang belum bergeliat, lebih baik menaruh investasi dengan membeli properti. Pasalnya, nilai uang tunai bisa tergerus inflasi atapun nilai tukar terhadap dolar.
Sedangkan menaruh uang dalam bentuk investasi properti, konsumen dapat menikmati pendapatan rutin dari sewa. Selain itu, nilai properti terus menanjak dan jarang terkoreksi.
“Seperti sekarang, kondisi lagi agak lesu maka naiknya hanya sedikit. Namun, 3 atau 4 tahun kemudian akan booming lagi,” tandasnya.
Lippo Group, sambung Rinto, selalu berkomitmen minimal harga produknya naik 12% per tahun. Adapun harganya bila sudah masuk pasar sekunder hanya berbeda sekitar 5% - 10%.
Melihat kondisi tersebut, dia yakin unit perkantoran dan apartemen di kawasan terpadu seluas 4,5 hektare itu mampu terserap habis hingga akhir 2015.