Bisnis.com, TANGERANG — Tidak hanya perkiraan terhadap pertumbuhan ekonomi Banten yang meleset, proyeki Bank Indonesia untuk inflasi triwulan II/2015 juga tidak tepat.
Kepala Bank Indonesia Provinsi Banten Budiharto Setyawan mengatakan pada April – Juni thaun ini inflasi mencapai 8,91% (yoy). Angka ini meleset alias jauh melambung dari proyeksi 8,05% - 8,55%.
“Inflasi pada triwulan kedua secara year on year persentasenya lebih tinggi dibandingkan triwulan pertama yang sebesar 7,45%,” ucapnya dalam konferensi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten oleh BI, di Tangerang Selatan, Rabu (26/8/2015).
Tingginya inflasi pada triwulan kedua tahun ini terpengaruh melambungnya inflasi volatile foods mencapai 13,06% (yoy) dengan porsi sebesar 2,58%. Aspek ini terdorong kenaikan harga daging ayam ras, cabai merah, beras dan bawang merah.
Dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa, imbuh Budiharto, inflasi Banten relatif lebih tinggi. Kendati demikian BI meyakini inflasi bakal tetap dalam kisaran aman dengan kumulatif sepanjang tahun ini takkan lebih dari 5%. “Ini kami masih optimistis,” tuturnya.
Kepala Unit Asessment Economi dan Keuangan BI baten Jenidar Oseva menjelaskan melesetnya ramalan Bank Indonesia terhadap infasi April – Juni sangat terpengaruh kondisi ekonomi global. Proyeksi 8,05% - 8,55% dibuat dengan asumsi pada triwulan II perekonomian AS, Jepang dan China membaik.
“Tiga negara itu adalah tujuan utama ekspor kita. Ternyata realisasi perbaikan ekonomi di sana tidak sebaik yang kami perkirakan,” kata dia.
Secara spasial daera dengan inflasi tertinggi adalah Kota Serang 9,63% (yoy). Angka ini lebih tinggi ketimbang kenaikan harga yang terhadi di Kota Tangerang dan Kota Cilegon masing-masing 8,85% dam 8,41%.
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, tingginya tingkat inflasi di Kota Serang disebabkan kelompok makanan jadi, minumn, rokok, dan tembakau. Salah satu komoditas makanan jadi , yaitu nasi dan lauk naik harga 23,75%, di Tangerang 15,53% dan Cilegon 9,50%.