Bisnis.com, MEDAN - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatra Utara mencatat, berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) nilai ekspor komoditas pada Januari-Juli 2015 anjlok 31,21% atau menjadi US$2,1 miliar dari US$3,06 miliar pada periode sama tahun lalu.
Kepala Seksi Hasil Ekspor Pertanian dan Pertambangan Disperindag Sumut Fitra Kurnia menyebutkan dari sisi volume juga merosot yakni menjadi 2,85 juta ton dari 3,26 juta ton.
Dari total 15 komoditas pertanian Sumut yang diekspor, hampir seluruhnya mengalami penurunan. Penurunan nilai ekspor dua komoditas pertanian utama Sumut, sebut Fitra masih menjadi pemicu utama.
Fitra mengatakan ekspor CPO pada Januari-Juli 2015, nilainya menurun 32,28% menjdi hanya US$1,48 miliar dibandingkan dengan tahun lalu US$2,18 miliar. Pasar ekspornya juga berubah.
"Pada tahun lalu CPO Sumut dikirim ke Pakistan, Spanyol, Rusia, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Israel. Sementara itu, pada tahun ini tujuan utamanya ke Tiongkok, AS, Malaysia, Myanmar, dan Bangladesh," tutur Fitra, Selasa (25/8/2015).
Lebih lanjut, dia menjelaskan untuk karet juga menurun drastis 51,97% menjadi hanya US$117,09 juta dari US$243,8 juta. Meskipun demikian, dari sisi volume justru meningkat, menjadi 126.129 ton dari 120.271 ton.
Tak hanya kedua komoditas tersebut, beberapa komoditas lain yang mengalami penurunan nilai ekspor yakni teh hitam, hortikultura, biji kopi robusta, ikan, udang, dan minyak kelapa.
Kendati begitu, Fitra mengatakan beberapa komoditas pertanian lainnya masih ada yang diminati oleh pasar internasional sehingga mengalami pertumbuhan nilai pada tahun ini, di antaranya paha kodok, biji pinang, rempah-rempah, serta biji kopi arabika dan kopi instan.
Pertumbuhan ekspor tertinggi, ucapnya, masih dialami oleh biji pinang yakni 201,29% menjadi US$24,86 juta dari US$8,23 juta.
"Biji pinang Sumut semakin diminati. Jika pada tahun lalu, pasarnya hanya ke Bangladesh, Thailand dan Sri Lanka, maka pada tahun ini bertambah ke Jerman, India, dan Uni Emirat Arab," tambah Fitra.