Bisnis.com, JAKARTA—Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak mengganggu pembangunan hunian dalam Program Sejuta Rumah. Namun, lesunya prekonomian secara nasional dapat menurunkan daya beli masyarakat.
Ketua DPP Persatuan Perusahaan Pengembang Realestate Indonesia (REI) Eddy Hussy menyampaikan hunian yang dibangun dalam Program Sejuta Rumah, baik dalam bentuk rumah sederhana tapak (RST) maupun rumah susun (rusun) hampir 100% menggunakan komponen lokal.
"Artinya, bahan material yang dipakai tidak mengalami pengaruh kenaikan harga akibat fluktuasi rupiah. Tidak hanya rumah bersubsidi, tetapi rumah murah dengan harga di bawah Rp300 juta menggunakan material lokal," katanya.
Adanya perlambatan ekonomi nasional, sambung Eddy, lebih berpengaruh pada menurunnya daya beli masyarakat, khususnya di rumah komersial. Masalahnya, bila pembangunan rumah komersial melambat, otomatis pengembangan rumah murah ini terganggu.
Menurutnya, penjualan properti yang menyasar segmen menengah ke atas selama kuartal I/2015 dan kuartal II/2015 menurun 40% sampai dengan 50% dibandingkan kuartal III/2014 dan kuartal IV/2014.
“Kalau pembangunan rumah komersial melambat, sehingga banyak terjadi PHK, nah kan daya beli masyarakat menjadi turun kembali. Itu efeknya dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Jadi, langsung tidak ada, secara tidak langsung yang ada,” tuturnya pada Bisnis.com.
Gejolak rupiah, sambungnya, menyebabkan calon konsumen yang punya uang selalu wait and see atau menahan investasi karena melihat pertumbuhan ekonomi selanjutnya. Malah, pasar bisa saja sebagian beralih belanja ke dolar untuk mendapatkan keuntungan secara instan.