Bisnis.com, KENDARI - Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL) di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara menginisiasi terbentuknya PT Konsel Jaya Lestari (KJL) yang tengah merencanakan ekspansi usaha mebel dan diversifikasi produk untuk bisa mempertahankan industri kayu tersebut.
Kapasitas produksi KJL mencapai 3000 meter per kubik, dengan sumber bahan baku dari hutan milik anggota KHJL. Adapun biaya perusahaan mencapai total Rp40 juta per bulan tiap kontainer, dan biaya bahan baku dari pembelian kayu lokal seharga Rp70 juta.
Direktur PT KJL Sultana mengatakan pada bulan lalu PT KJL berhasil memproduksi satu kontainer dengan bantuan dana salah satu yayasan. Dia menginginkan KJL bisa memproduksi lebih banyak kayu dan melakukan ekspor.
"Omset kami Rp150juta per satu kontainer, kami berharap bisa naik di tengah sulitnya bahan baku dan banyaknya pesaing. Target kami per bulan harus bisa hasilkan dua kontainer," jelas Sultana.
Di pojok ruangan pabrik KJL yang berlokasi di Kecamatan Laeya nampak penuh tumpukan limbah kayu sisa olahan pabrik. Tumpukan limbah tersebut tak tersentuh sehingga menjadi sampah. Padahal, sisa limbah tersebut masih bisa diolah untuk usaha mebel. Sayangnya di Konawe Selatan belum ada pengusaha mebel yang meminta suplai kayu dari KJL.
"Oleh sebab itu kami berencana agar industri ini tak mati tergerus persaingan, kami mau membuat industri mebel sehingga limbah-limbah ini bisa diolah dan memiliki nilai ekonomi," ucapnya.
Sultana mengaku sisa lahan dari pabrik KJL akan dibuka lahan untuk produksi mebel. Dia juga akan menambah SDM untuk pembuatan furniture. Oleh sebab itu Sultana akan mengambil SDM dari Jepara yang bisa memberikan pelatihan untuk pembuatan mebel kepada SDM PT KJL. Sebelum melakukan ekspansi, Sultana akan melengkapi sejumlah dokumen industri dan juga sertifikasi kayu resmi dari TELAPAK yang memayungi.
"Saya akan memikirkan peralatan pengolahan limbah tinggal SDM-nya dari Jepara akan kami datangkan untuk melatih," kata Sultana.
