Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah masih menyusun kesepakatan harga dengan perusahaan minyak dan gas asal Inggris British Petroleum terkait produksi gas alam cair dari Blok Tangguh Train III Papua.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan dua train telah dioperasionalkan oleh BP di Blok Tangguh. Sejauh ini, produksi dan ekspor dari dua train tersebut dinilai relatif lancar dengan volume mencapai sekitar 3,8 juta ton.
"Train I dan train II berjalan lancar, memang ada beberapa isu soal L/C gitu, tapi sejauh ini dikelola dengan baik. Kerja sama ESDM dan perdagangan juga sangat dekat kalau ada apa-apa bisa langsung ditangani," kata Sudirman, Selasa (28/7/2015).
Pemerintah dan BP masih menyusun kesepakatan terkait operasional Blok Tangguh Train III yang investasinya mencapai US$12 miliar. Kilang LNG tersebut diproyeksi mampu memproduksi 3,8 juta ton gas alam cair.
Kesepakatan, lanjut Sudirman, tidak hanya terkait harga gas, tetapi juga alokasi untuk pasar domestik. Sebelumnya, pemerintah berharap alokasi LNG untuk pasar domestik sebesar 40% dan 60% ekspor.
"Yang kedua fokusnya train III ini sebetulnya kita tinggal menyepakati beberapa item termasuk harga gas dan fokusnya untuk domestik kita ingin berusaha untuk upaya konsumsi domestik lebih kuat," ujarnya.
Bersamaan dengan kunjungan Perdana Menteri David Cameron ke Indonesia, sekitar 30 pimpinan perusahaan Inggris ikut dalam rombongan tersebut.
Salah satu delegasi pengusaha yang hadir dalam Forum Bisnis Inggris-Indonesia adalah Regional President Asia Pacific British Petroleum Christina Verchere.
Dalam acara tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengapresiasi proyek Blok Tangguh yang digarap BP di Teluk Bintuni, Papua.
"Kami apresiasi investasi dari pebisnis Inggris di sektor energi Indonesia, BP di Tangguh itu proyek besar di Papua. Selain itu, banyak perusahaan Inggris di sektor tambang dan energi," kata JK.