Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Dia Kebijakan Mendag Gobel yang Dinilai Aneh

Keputusan Kementerian Perdagangan untuk tidak menaikkan harga beli petani (HBP) kedelai selama 3 triwulan terakhir dinilai aneh, karena kontras dengan upaya menekan impor dan mewujudkan swasembada.
Mesin pemanen kedelai tengah beroperasi di ladang Brasil/Bloomberg
Mesin pemanen kedelai tengah beroperasi di ladang Brasil/Bloomberg

Bisnis.com, SURABAYA—Keputusan Kementerian Perdagangan untuk tidak menaikkan harga beli petani (HBP) kedelai selama 3 triwulan terakhir dinilai aneh, karena kontras dengan upaya menekan impor dan mewujudkan swasembada.

Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifudin menjabarkan HBP yang tidak dinaikkan dari level Rp7.700/kg itu akan berbanding lurus terhadap penurunan motivasi petani kedelai di Jawa Timur.

Padahal, saat ini saja produksi kedelai di Jatim terus mengalami tren penurunan. Di sisi lain, kebutuhan akan kedelai bagi perajin tahu tempe mengalami kenaikan. Tekor lebih dari 50% pasokan kedelai dari dalam negeri pun terpaksa disubstitusi dengan kedelai impor.

Total kebutuhan kedelai nasional saat ini mencapai rata-rata 2,2 juta ton/tahun. Sementara itu, Jatim hanya mampu memproduksi kedelai rata-rata 420.000 ton/tahun dan mengimpor 65.000 ton/tahun untuk pemenuhan bahan baku tempe.

HBP kedelai untuk triwulan III/2015 sendiri sebenarnya telah naik 1,3% dari periode yang sama tahun lalu. Bagaimanapun, Aip berpendapat untuk meningkatkan gairah produksi, seharusnya HBP kedelai saat ini dipatok pada level Rp8.500/kg.

“Harga kedelai lokal dengan kualitas nomor satu, cleaned, dan sudah di dalam karung 50 kg itu idealnya Rp8.500/kg, baru petani semangat menanam dan swasembada bisa tercapai,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (27/7/2015).

HBP kedelai terbaru itu diresmikan dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.49/2015 tertanggal 6 Juli 2015. Direktur Eksekutif Asosiasi Kedelai Indonesia (Askindo) Yusan mengatakan HBP tersebut berlaku untuk masa panen raya periode 7 Juli—30 September.

Terkait hal itu, Yusan menilai besaran HBP saat ini sudah cukup walaupun di bawah ekspektasi petani. “Saya pikir itu sudah cukup bagus untuk kepentingan petani. Dengan HBP yang baru ini, mereka cukup memiliki motivasi untuk menanam kedelai.”

Dia mengungkapkan para petani sebenarnya telah mendesak Kemendag untuk menaikkan HBP kedelai menjadi Rp10.000/kg. Di lain pihak, Kementerian Pertanian juga meminta agar HBP dinaikkan menjadi Rp8.400/kg.

Akan tetapi, sambungnya, permintaan tersebut dinilai sulit dikabulkan oleh otoritas perdagangan. Pasalnya, saat ini harga kedelai dunia sedang tidak terlalu tinggi.

Berdasarkan prediksi Askindo, tahun ini produksi kedelai nasional hanya dapat naik maksimal 500.000 ton, dari realisasi tahun lalu sejumlah 300.000 ton. Ekspektasi moderat itu dilandasi oleh kalkulasi penciutan luas lahan.

Saat ini, lanjutnya, produktivitas lahan kedelai di Tanah Air hanya mencapai 1,5 ton/ha, jauh di bawah pembukuan produksi Amerika Serikat sejumlah 4 ton/ha. Di sisi lain, angka konsumsi kedelai di Indonesia menembus 2,2 juta ton/tahun.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim sebelumnya melaporkan jumlah petani kedelai di provinsi tersebut menurun drastis sejak 2003. Pada periode tersebut, jumlah petani kedelai mencapai 417.000 orang, sedangkan pada 2015 jumlahnya merosot menjadi 296.000 petani.

Menurut Kepala BPS Jatim Sairi Hasbullah, makin anjloknya jumlah produsen kedelai di provinsi itu disebabkan rendahnya minat tanam akibat ongkos yang mahal dan banyaknya petani yang beralih cocok tanam ke komoditas lain yang harga jualnya lebih menjanjikan.

Kondisi tersebut berbanding lurus dengan kemerosotan produksi kedelai di Jatim. Data angka ramalan (Aram) 1/2015 menunjukkan produksi kedelai di Jatim tahun ini hanya mencapai 345,68 ton biji kering.

Jumlah tersebut turun 2,75% atau sekitar 9.870 ton dibandingkan total produksi pada 2014. Pemicunya, sementara itu, adalah penurunan luas panen sebesar 7,780 ha (-3,62%) atau dari 214.880 ha pada 2014 menjadi 207.100 ha tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper