Bisnis.com, DEPOK- Pemkot Depok mengimbau warga mewaspadai peredaran merica palsu yang terbuat dari bahan semen seperti yang telah beredar di sejumlah daerah.
Kepala Seksi Pengawasan Obat dan Makanan Dinas Kesehatan Kota Depok Sih Mahayanti dalam rilis yang diterima Bisnis.com, Jumat (26/6/2015) mengatakan, meski merica pelasu tersebut tidak beredar di Depok, namun konsumen diminta jeli membeli bahan pangan yang sudah terkontaminasi dengan zat-zat berbahaya tersebut.
Menurutnya, ciri-ciri yang dapat dikenali dari merica palsu ini adalah dengan melihat perbedaan warnanya. "Merica palsu pada bagian dalamnya berisi tepung berwarna putih atau bahkan abu-abu seperti warna semen," katanya.
Selanjutnya, kata dia, merica palsu jika diicip terasa hambar serta tidak berbau. Selain itu, harga merica palsu di pasaran lebih murah dibanding dengan merica asli.
Dia menjelaskan bentuk fisik dan tekstur butiran merica palsu lebih halus, berbeda dengan merica asli yang teksturnya agak kasar.
Menurutnya, dilihat secara kasat mata, warga akan sulit membedakan merica asli dan palsu. Selain itu, butiran merica palsu dioplos dengan merica asli dengan komposisi tertentu, sehingga menyulitkan konsumen untuk membedakannya
Maraknya peredaran merica palsu yang diduga berbahan dasar tepung bahkan semen membuat risau sebagian masyarakat yang terkena imbasnya langsung, seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Garut, Surabaya, Klaten, Bondowoso dan beberapa daerah lainnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan ciri-ciri lain yang bisa dikenali adalah merica palsu tidak memiliki serat membujur layaknya merica pada umumnya. Bentuknya juga tidak mulus bulat. Bila diletakkan dalam air, merica palsu justru buyar alias tidak utuh lagi.
"Kalau merica asli biasanya masih utuh kalau dicelupkan ke dalam air. Maka, cara paling mudah membuktikan keasliannya, ya dirasa dulu atau direndam dalam air," katanya.
Dia mengimbau agar pedagang dan konsumen berhati-hati apabila membeli merica, jangan sampai membeli merica palsu. Menurutnya, efek dari merica palsu ini dapat merusak jaringan organ dalam, seperti merusak hati, ginjal, bahkan bisa memicu kanker hati.
Atas potensi bahaya itu, ia mengingatkan agar masyarakat mulai mengubah pola pikir mengejar bahan pangan yang murah namun tidak diketahui kualitas bahannya.
"Waspadalah dalam berbelanja, jangan karena murah lantas konsumen mau saja dibudaki oleh bahan pangan yang berbahaya," tegasnya.