Bisnis.com, JAKARTA - Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Kementerian Pertanian dalam laporan penelitiannya menyebutkan petani di lahan kering membutuhkan pendekatan teknis setiap menghadapi musim kemarau, seperti dialami lahan pertanian di beberapa desa di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Laporan yang diterima Rabu, mengungkapkan perlunya pendekatan teknis, taktis, operasional, dan antisipatif kepada para petani dalam menghadapi musim kemarau.
Pendekatan teknis, misalnya dengan cara mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dihasilkan oleh BMG, LAPAN, Badan Litbang Pertanian, untuk memprediksi terjadinya kekeringan dan menentukan alternatif teknologi pertanian sebagai alternatif solusi.
Selain itu, diperlukan penggunaan peta rawan kekeringan sebagai informasi awal dalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal serta melakukan analisis dampak anomali iklim terutama El Nino terhadap pergeseran musim (awal musim kemarau, musim hujan), penurunan curah hujan tahunan, dan membandingkan musim kemarau dan musim hujan dengan kondisi normalnya, sebut laporan yang disusun A. Wihardjaka.
Sebelumnya diberitakan, sekitar 400 hektare sawah petani di Desa Naibonat dan Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kekeringan akibat kemarau panjang.
Kekurangan debit air akibat kemarau panjang dibenarkan Semi Mahuri (41) petani sawah di kampung Baru Kelurahan Oesao, Kabupaten Kupang. Dia mengatakan, untuk mengatasi kekurangan air untuk tanaman sawah yang tengah tumbuh dan berkembang terpaksa menggunakan air sumur bor yang selama ini digunakan untuk mandi untuk menyiram tanaman hortikultura yang ada dekat rumah tinggal.
Mahuri berharap ada perhatian dari pemerintah kabupaten dan provinsi agar menyelamatkan tanaman sawah petani yang saat ini kekeringan bisa terselamatkan dari ancaman puso dan gagal panen.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT Yohanes Tay Ruba mengatakan sudah melakukan berbagai upaya pendampingan serta pemberian bantuan kepada petani berupa sarana pertanian, benih, pupuk, alat pompa air secara reguler.
Problemnya di NTT, musim hujan lebih pendek dari pada kemarau. Sehingga kekeringan lahan tentu terjadi setiap tahunnya. Mereka terus memberikan sosialisasi pemanfaatan ketika musim kemarau atau di lahan kering.
Data pemerintah NTT, potensi pertanian lahan kering yaitu sekitar 1.528.308 hektare berdasarkan kelas kesesuaian lahan terdiri dari daerah kecocokan tinggi, sedang dan terbatas. Sedangkan potensi lahan pertanian basah seluas 284.103 hektare yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota, dimana sebagian telah dikelola dan dibagi berbagai daerah irigasi.
Terkait kekeringan di NTT, PT East West Seed Indonesia (Ewindo) dan Yayasan Bina Tani Sejahtera (YBTS) telah memberikan bantuan prasarana kepada petani berupa sumur dan mesin pompa serta alih teknologi pertanian untuk mengantisipasi musim kering.
"Kalau sebelum bantuan petani hanya bisa menanam satu kali dalam satu tahun. Pasca adanya pembinaan dan bantuan sumur dan mesin pompa, petani dapat menanam tomat sepanjang tahun.
Sedangkan dari sisi produksi, sebelum pembinaan petani hanya menghasilkan produk 2 kuintal per 1.000 pohon tomat. Pasca pembinaan, produksi petani mencapai 2 ton per 1.000 pohon tomat, atau meningkat 10 kali lipat.
Petani juga diajarkan menanam Timun Mizuno dan Metavy. Hasilnya kalau sebelum pembinaan, produksi petani hanya 5-7 buah per pohon.
Pasca pembinaan, produksi bisa mencapai 15-20 buah per pohon atau meningkat tiga kali lipat.
Kemudian pelatihan juga diberikan kepada petani sawi. Harga benih sawi saat ini Rp 25 ribu. Dengan melakukan penanaman selama 30 hari petani bisa panen dan menghasilkan produk sebesar Rp500.000.
Terkait hal tersebut Sekda Kabupaten Kupang, Hendrikus Paut mengatakan, kondisi alam Kupang sangat keras, musim kemarau bisa berlangsung lama yang membuat lahan pertanian kering. Kami ini hidup di atas batu karang.
"Tapi hari ini saya sangat bahagia, di lahan yang dikenal kering ini bisa ditanam sayuran dari Ewindo dengan sangat subur, hasilnya melimpah dan besar-besar," ujar dia.
"Saya optimistis melalui program pembinaan dan alih teknologi yang dijalankan oleh Ewindo ini akan mampu mengusir jauh-jauh kemiskinan dari masyarakat Kupang, NTT. Saya sudah melihat sendiri hasil nyata yang dilakukan Ewindo," kata Hendrikus.
Hadapi Kemarau Ekstrim, Petani Butuh Pendekatan Teknis
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Kementerian Pertanian dalam laporan penelitiannya menyebutkan petani di lahan kering membutuhkan pendekatan teknis setiap menghadapi musim kemarau, seperti dialami lahan pertanian di beberapa desa di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
3 jam yang lalu
Belum Ada Satu Bulan, Ada yang Serok Lagi Saham GOTO
1 hari yang lalu
Peluang Akumulasi Saham di Balik Penurunan Indeks BUMN
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 jam yang lalu