Bisnis.com, SURABAYA—Pemerintah Provinsi Jawa Timur menganggarkan biaya Rp12,5 miliar, khusus untuk menggelontor operasi pasar (OP) dan subsisi transportasi untuk komoditas beras, gula, tepung terigu, minyak goreng, dan telur ayam ras.
Langkah antisipatif tersebut ditempuh menyusul terpantaunya lonjakan harga secara tidak wajar terhadap beberapa komoditas pangan di Jawa Timur, beberapa hari menjelang bulan suci Ramadan.
“Anggarannya Rp12,5 miliar. Operasi pasar dimulai hari inim di berbagai wilayah di Jawa Timur. Kami bergerak bersama, sampai harga stabil bahkan pascalebaran hingga akhir tahun,” sebut Gubernur Jatim Soekarwo, Selasa (16/6/2015).
Apabila anggaran tersebut belum cukup meredak pergolakan harga pangan, pemprov berencana mengucurkan tambahan anggaran melalui skema dana sosial. Bagaimanapun, pemprov mengaku masih kesulitan mengendalikan harga daging sapi akibat terbatasnya stok.
Sementara itu, permintaan daging sapi saat bulan puasa dan Idulfitri melonjak. Padahal, pemprov tidak mungkin melakukan OP khusus untuk daging sapi, akibat belum tersedianya fasilitas pendingin yang dapat dibawa berkeliling.
“Yang bisa kami lakukan untuk mengantisipasi kenaikan harga daging adalah dengan memperbanyak daging sapi atau daging ayam yang disembelih di rumah potong hewan,” jelasnya.
OP dijadwalkan dihelat mulai 16 Juni-015 Juni secara serentak di sejumlah pasar di 38 kabupaten/kota di Jatim. Khusus untuk di Surabaya, OP dilakukan di 4 titik, yaitu Pasar Wonokromo, Tambakrejo, Soponyono Baru Rungkut, dan Pusang.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jatim baru-baru ini melaporkan inflasi provinsi tersebut pada Mei menembus 6,69% (year-on-year) atau 0,41% (month-to-month). Capaian itu masih lebih rendah dari rerata nasional pada level 7,15% (y-o-y) atau 0,50% (m-t-m).
Dari data disagregasi bulanan, BI mencatat faktor pendorong utama inflasi di Jatim adalah kelompokvolatile foods (0,75%), disusul oleh administered price (0,38%), dan inflasi inti (0,30%).
Menurut Deputi Direktur BI Jatim Soekowardojo, tingginya inflasi kelompok bahan pangan disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas telur ayam ras (8,52%), bawang merah (8,55%), daging ayam ras (3,17%), dan cabai merah (36,38%).
“Penyebabnya lebih kepada faktor produksi serta tingginya permintaan dari industri kue dan makanan yang telah melakukan proses produksi menjelang Ramadan dan Lebaran,” jelasnya.
Dari sisi inflais inti, kata Soekowardojo, penyebab utama dibukukan dari komoditas gula pasir (2,56%) dan soto (2,06%) akibat dampak berantai dari kenaikan harga bahan makanan dan meningkatnya permintaan.
Ditinjau berdasarkan wilayah, inflasi tertinggi yang dipantau Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim awal bulan ini terjadi di Banyuwangi (0,55%). Adapun, inflasi terendah dicatatkan oleh Kota Kediri (0,21%).