Bisnis.com, JAKARTA - Sejak hilang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing China pada Maret 2014, pesawat Malaysia Airlines MH370 itu hingga kini belum ditemukan.
Kasus hilangnya MH370 ini menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah dunia penerbangan.
Sebuah tim penelitian interdisipliner yang dipimpin oleh Profesor Matematika dari Texas A&M Universitas Qatar memunculkan teori baru soal MH370, yang menyatakan pesawat tersebut jatuh secara vertikal ke Samudera Hindia selatan pada Maret 2014.
Para peneliti simulasi komputer memiliki teori yang mengarah pada pernyataan forensik bahwa pesawat tersebut menukik 90 derajat.Teori ini menjelaskan alasan mengapa puing-puing dan tumpahan minyak tumpah tidak ada di dekat pesawat terjatuh. Bahkan penelitian ini sebelumnya pernah digunakan sebagai sampul pemberitaan dari American Society matematika pada April 2015.
Seorang matematikawan terapan Dr. Goong Chen dari Texas A&M Universitas Qatar yang memimpin tim indispliner membuat simulasi dan permodelan mengenai apa yang mungkin terjadi pada pesawat Malaysia Airlines tersebut.
Penelitiannya turut didukung oleh Prioritas Nasional QNRF Proyek Penelitian Hibah #5-674-1-114.
Para peneliti ini menggunakan matematika terapan dan komputasi dinamika fluida untuk melakukan simulasi numerik pada Supercomputer RAAD di Texas A&M di Qatar dari pesawat Boeing 777 yang terjun ke laut. Peneliti menyebut simulasi ini sebagai teori “masuk air’, masalah dalam matematika terapan dan rekayasa kedirgantaraan.
Tim ini mensimulasikan jatuhnya pesawat kedalam lima buah skenario berbeda, termasuk skenario meluncur ke air yang serupa dengan yang dilakukan Kapten Chesley B “Sully” Sullenberger ketika penerbangan US Airways 1549 mendarat di tengah Sungai Hudson New York City.
Saat itu apa yang dilakukan kapten Sully disebut sebagai keajaiban Hudson. Dia menyebutkan dalam upaya penyelamatan dan pemulihan kecelakaan pesawat di air, mencari puing-puing mengambang dan minyak adalah salah satu kunci utama. Ia mencontohkan bencana penerbangan Air France 447 pada tanggal 1 Juni 2009, pada peristiwa itu 3.500 potong puing-puing mengambang berhasil ditemukan.
Chen mengatakan berdasarkan semua bukti yang tersedia, terutama berkaitan dengan kurang mengambangnya puing-puing atau minyak tumpahan di dekat daerah kecelakaan diduga terjadi akibat teori bahwa pesawat tersebut memasuki air dengan sudut vertikal atau curam. Atas dasar tersebut, Chen mempertanyakan alasan mengapa tidak pernah ada puing-puing yang ditemukan sama sekali sejauh ini untuk pesawat MH 370.
Pada simulasi dinamis cairan menunjukkan bahwa untuk posisi pesawat memasuki air secara vertical, tidak akan ada momen lentur yang akan terjadi. Yang akan ada adalah apa yang terjadi ketika kekuatan eksternal kemudian menyebabkan pesawat akan terputus.
Sebagaimana teori masuk ke air secara vertical, kejatuhan halus dengan momen lentur hanya kemungkinan kecil terjadi dengan sudut masuk lain yang berbeda. Ia mengatakan sekalipun memasuki air secara halus, pesawat cenderung memasuki kegagalan global atau putus pada saat memasuki permukaan laut. Hal inilah yang akan menjelaskan alasan mengapa puing-puing atau tumpahan minyak tidak ada pada tempat yang diduga lokasi kecelakaan.
Atas dasar saran beberapa pakar penerbangan lainnya, Chen juga mengatakan dalam situasi tersebut sayap akan patah dengan cepat dan bersama dengan puing-puing berat lainnya akan tenggelam ke dasar laut. Akibatnya hanya sedikit atau tidak ada sama sekali jejak yang akan tersisa.
“Saat-saat terakhir MH370 cenderung tetap menjadi misteri sampai suatu hari nanti ketika kotak hitam akhirnya muncul dan diterjemahkan,” kata Chen.
Tapi menurutnya forensik sangatlah mendukung teori bahwa MH370 terjun ke laut dengan menukik tajam.