Bisnis.com, JAKARTA—Osaka Steel Co.,LTD. perusahaan Jepang yang bekerja sama dengan PT Krakatau Steel Tbk. dalam pendirian perusahaan patungan PT Krakatau Osaka Steel menyatakan perusahaan ini akan beroperasi pada Oktober 2016.
Junji Uchida, President Osaka Steel Co., LTD., mengatakan perusahaan senilai US$200 juta dengan kepemilikan saham 80% Osaka Steel Co., LTD. dan PT Krakatau Steel 20% memiliki kapasitas produksi baja 500.000 ton per tahun.
“Perusahaan ini akan memproduksi besi baja konstruksi. Untuk tahap awal hasil produksi difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pasar Indonesia. Jika dalam perjalanan terdapat permintaan ekspor, maka hal itu juga memungkinkan,” katanya di Jakarta, Kamis (21/5).
Menurutnya, realisasi kerja sama pendirian perusahaan patungan dengan PT KS merupakan wujud kerja sama yang baik antara pemerintah Indonesia dengan Jepang. Dengan demikian, Jepang terus berkomitmen untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
I Gusti Putu Suryawirawan, Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, mengatakan hasil produksi PT Krakatau Osaka Steel akan difokuskan memenuhi permintaan dari sejumlah proyek yang dikerjakan oleh Jepang di Indonesia.
“Saat ini proyek Jepang yang kekurangan material baja konstruksi seperti mass rapid transit (MRT) DKI Jakarta dan sejumlah pembangunan pelabuhan di Indonesia. Pendirian perusahaan ini juga sebagai bagian kerja sama bilateral Indonesia-Jepang,” tuturnya.
Indonesia, ujarnya, telah membentuk lembaga Indonesia-Japan Steel Dialogue sebagai wadah informasi bagi perusahaan-perusahaan Jepang yang berminat berinvestasi di sektor industri baja. Sejumlah investasi industri baja dari Jepang sudah mulai berdatangan.
Osaka Steel, menurutnya merupakan bagian dari perusahaan raksasa asal Jepang yakni Nippo Group. Sebelumnya perusahaan ini secara regular memasok baja ke Indonesia dari Jepang. Seiring dengan dikeluarkannya peraturan tingkat kandungan dalam negeri(TKDN) dalam setiap proyek di Indonesia, maka Osaka Steel mendirikan anak usaha agar bisa mengikuti tender di Indonesia.
“US$200 juta untuk investasi perusahaan asal Jepang itu kecil. Perjanjian kerja sama mereka dengan PT KS telah ditandatangani sejak Desember 2012, mereka sangat selektif. Ini hanya permulaan, ke depan dengan kekuatan grup mereka, maka akan banyak investasi di Indonesia,” tuturnya.
Putu mengatakan karakter perusahaan asal Jepang untuk berinvestasi di suatu negara harus didahului oleh perusahaan besar. Dengan begitu, perusahaan turunannya akan mengikuti jejak perusahaan yang lebih dahulu masuk ke suatu negara.
Saleh Husin, Menteri Perindustrian, mengatakan baja konstruksi hasil produksi PT Krakatau Osaka Steel akan digunakan untuk sejumlah proyek pembangunan yang dikerjakan oleh perusahaan Jepang lainnya di Indonesia.
Dengan demikian, pemilik proyek asal Jepang tidak perlu memasok barang dari negara asalnya. Realisasi investasi ini akan memacu sejumlah investasi lain dari perusahaan asal Jepang.
“Masuknya Osaka Steel ke Indonesia akan menarik investasi lain dari Jepang. Bahkan mereka mengatakan dunia usaha Jepang menyatakan Indonesia sebagai negara eksotik untuk berinvestasi,” katanya usai menjamu Junji.
Sebelumnya, Krakatau Steel menyatakan pendanaan 20% untuk pendirian Krakatau Osaka Steel menggunakan dana internal sebesar 30% dan pinjaman sebanyak 70%. PT KS memiliki opsi meningkatkan kepemilikan sampai menjadi 49% dalam jangka waktu lima tahun ke depan.
Krakatau Osaka Steel Beroperasi Oktober 2016
Osaka Steel Co.,LTD. perusahaan Jepang yang bekerja sama dengan PT Krakatau Steel Tbk. dalam pendirian perusahaan patungan PT Krakatau Osaka Steel menyatakan perusahaan ini akan beroperasi pada Oktober 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Muhammad Abdi Amna
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
58 menit yang lalu
Ekonom Nilai PPN 12% dan Tax Amnesty Tak Efektif Kerek Penerimaan Negara
1 jam yang lalu