Bisnis.com, TANGERANG—Semakin lebarnya keterbukaan pasar jasa mencakup bursa kerja di Asia Tenggara menuntut lembaga pendidikan tinggi mampu mencetak lulusan yang kompetitif.
Kedatangan era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai akhir 2015 membuat persaingan kerja tambah ketat karena perdagangan jasa menjadi bebas.
Oleh karena itu Indonesia harus dipersenjatai SDM berdaya saing jika tak ingin lapangan kerja yang ada direbut pekerja asing.
“Maka kurikulum harus menyesuaikan dengan sertifikasi di pasar tenaga kerja. Selain mengutamakan kepentingan akademik juga berorientasi sertifikasi,” ucap Pakar Komunikasi Universitas Indonesia Ibnu Hamad dalam Conference on Communication and New Media Studies Universitas Multimedia Nusantara, di Tangerang, Selasa (19/5/2015).
Pada saat kebutuhan sertifikasi menggurita tetapi peran lembaga sertifikasi minim. David T. Hill, Pakar Kajian Asia Tenggara Universitas Murdoch, menyatakan sertifikasi profesi ini berlaku pula bagi profesional di bidang media massa.
“[Sertifikasi] ini untuk memperluas kemampuan pekerja media dari satu platform ke platform lainnya.
Selain itu juga dibutuhkan kemampuan bahasa asing lainnya selain Bahasa Inggris,” ucapnya.
Comnews 2015 yang digarap Universitas Multimedia Nusantara menghadirkan Ibnu, David, dan Wartawan Senior James Luhulima dalam satu meja diskusi.
Acara ini mengusung topic soal peran dan kontribusi kajian komunikasi dalam era komunitas Asean.