Bisnis.com, SEMARANG—Bank Indonesia Jawa Tengah bekerja sama kepala daerah mengembangkan teknologi canggih melalui aplikasi ‘Protokol Manajemen Krisis Lonjakan Harga’ untuk mengantisipasi inflasi daerah.
Aplikasi ini bakal diluncurkan pada Juni 2015 dengan menggandeng provider tertentu, yang bisa diakses melalui gadget atau handhphone masing-masing pemangku kebijakan di wilayah Jawa Tengah dan DIY.
Kepala Perwakilan BI Jateng dan DIY Iskandar Simorangkir mengatakan perkembangan teknologi informasi kian canggih saat ini dimanfaatkan untuk memantau lonjakan harga yang menyebabkan inflasi daerah.
Selama ini, ujarnya, pemantauan harga komoditas penyumbang inflasi diperoleh dari laporan tim pengendali inflasi daerah (TPID) melalui rapat atau pun pertemuan formal.
“Kami sedang kembangkan semacam dashboard harga-harga [komoditas], melalui aplikasi yang dinamakan Protokol Manajemen Krisis Lonjakan Harga,” papar Iskandar disela-sela Seminar Nasional dan Peluncuran Buku Sejarah BI Periode VII di Gedung BI akhir pekan lalu.
Menurutnya, aplikasi itu memudahkan kepala daerah dan TPID memantau pergerakan lonjakan harga yang ditandai dengan warna merah pada gadget tersebut.
Dia mencontohkan apabila ada kenaikan komoditas harga sebesar 10% selama tiga hari-hari berturut-turut, tim TPID bersama dengan kepala daerah dan pemerintah provinsi bisa membahas melalui fasilitas chat yang sudah diunduh sebelumnya.
“Kita perlu melakukan meeting informal atau bisa diatasi melalui percakapan via gadget. Kalau ada kenaikan harga muncul blink warna merah,” katanya.