Bisnis.com, JAKARTA — Sistem ekonomi Islam terbukti berpengaruh besar dalam mendorong perkembangan ekonomi dunia.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebutkan ada tiga fase titik balik kuatnya peran sistem ekonomi syariah dalam mempengaruhi kondisi ekonomi dunia.
“Pertama, pada 1973 terjadi oil shock [guncangan industri minyak bumi] sejumlah negara maju tertekan karena embargo,”jelasnya dalam pidato Pembukaan Muktamar ke-3 Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) di Gedung Kementerian Keuangan, Kamis(30/4/2015).
Saat itu sejumlah negara Timur Tengah yang menjadi anggota OPEC mengembargo penjualan minyak karena protes dengan rendahnya harga minyak.
Alhasil, negara konsumen minyak besar di wilayah barat terguncang. Amerika Serikat mengalami inflasi tinggi, Jepang hampir koleps, juga beberapa negara lain.
“Ternyata pengaruh ekonomi Islam yang bersatu menjadi sangat kuat mengguncangkan dunia,”katanya.
Fase kedua, peristiwa pengeboman gedung kembar di AS pada 11 September 2001. Saat itu AS dan sejumlah negara barat mengembargo pembelian produk dari negara Islam.
Akhirnya timbul keinginan bersama antar negara Islam untuk mengembalikan keadaan sampai muncul kekuatan ekonomi Islam seperti Dubai, Abu Dhabi, Bahrain, dan Malaysia.
Fase terakhir ketika krisis keuangan akibat penjualan surat berharga properti (subprime mortgage). Hal itu membawa kesadaran bahwa prinsip dan skema keuangan syariah yang lebih riil dianggap paling ampuh menghindari krisis.
“Krisis saat itu karena sistem konvensional mengizinkan penjualan kertas, bukan propertinya. Prinsip ekonomi syariah adalah transaksi riil,”pungkasnya.