Bisnis.com, JAKARTA -- Mantan Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti menyatakan potensi menjadi destinasi wisata medis sangat besar. Sayangnya, kata Ali, ada tiga masalah yang menghambat Indonesia menjadi destinasi wisata.
Pertama, adalah persoalan kepercayaan di mana sebagian penduduk Indonesia belum percaya terhadap layanan kesehatan di Tanah Air.
Kedua, kerjasama lintas kementerian. “Saat ini belum ada koordinasi dan komitment serius dari pemerintah untuk medical tourism. Itu sebabnya gagasan yang sudah dijajaki dua tahun lalu itu kini mandek,” kata dia kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Ketiga, jaringan kepariwisataan yang belum mendukung. Senada dengan Sutoto dari Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia, menurut Ali tak cukup hanya menjual rumah sakit yang bagus. Agar publik tertarik berwisata kesehatan juga diperlukan akses yang mendukung.
Menurutnya Indonesia sudah punya modal besar berupa hospitality yang sudah terkenal ke berbagai dunia.
“Sekarang kalau diarahkan hospitality-nya menjadi hospital itu yang jadi masalah karena ada image pelayanan kesehatan kita belum bagus, padahal potensinya besar dan pasarnya juga ada,” katanya.
Beberapa nilai jual yang bisa diandalkan menjadi wisata kesehatan Indonesia yakni pelayanan terkait otak, Indonesia punya Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Selain itu, ada peluang menjadi expert dalam masalah penyakit-penyakit tropis dan juga terapi yang terkait dengan matahari.
Diakuinya perlu investasi yang besar dan perhatian yang serius serta kerjasama lintas sektor untuk bisa mewujudkan gagasan tersebut. Dari segi bisnis, wisata medis sangat menjanjikan.
“Sedikitnya ada 100.000 pasien medical tourism yang memenuhi Singapura dan Malaysia, di mana kebanyakan berasal dari Indonesia,” ujarnya.