Bisnis.com, JAKARTA- Kerja sama antara Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia dan National Air Traffic Services Inggris belum kunjung terlaksana. Padahal kerja sama itu merupakan pintu masuk dari upaya meningkatkan kapasitas landasan pacu Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Direktur Utama (Dirut) LPPNPI Bambang Tjahjono mengatakan sejauh ini rencana kerja sama dengan pihak NATS masih dalam proses pembicaraan. Dia tidak menampik persoalan tarif layanan konsultan dari NATS yang dinilai cukup mahal menjadi pengganjal kerja sama itu.
“Standar perhitungannya berbeda dengan yang biasa jadi mereka minta waktu untuk mendetailkan dokumennya,” kata Bambang, Selasa (21/4/2015).
Sebelumnya, kedua belah pihak dijadwalkan menandatangani perjanjian kerja sama dalam rangka peningkatan kapasitas bandara dari 72 menjadi 84 penerbangan perjam pada Februari 2015.
Sembari menunggu pihak konsultan memperbaiki proposal, Bambang mengatakan kajian analisis tetap tidak berubah di mana pihak pengelola bandar udara harus melakukan penambahan sejumlah infrastruktur guna mewujudkan rencana penambahan kapasitas landasan pacu.
Dia mengharapkan proyek rapid exit taxiway yang tengah dilakukan saat ini oleh PT Angkasa Pura II selaku pengelola bandara bisa dipercepat sehingga dapat digunakan pada Mei atau Juni 2015. Infrastruktur yang terletak di tepi landasan pacu ini, menurutnya bermanfaat untuk memperlancar pergerakan pesawat dari 50 detik menjadi 30 detik.
“Dengan adanya rapid exit taxiway kapasitas bisa ditingkatkan, tapi jika ingin memisahkan landasan pacu khusus take off dan landing, tentu membutuhkan cross east taxiway atau memenggal kawasan bisnis Soewarna,” tambahnya.
Tanpa cross east taxiway, menurutnya, pesawat yang akan bergerak dari sisi utara, harus melewati jalan memutar untuk mencapai landasan pacu take off di sisi selatan.
Menurut Bambang, peningkatan kapasitas landasan pacu itu perlu dilakukan untuk melatih petugas Air Traffic Control (ATC) jika suatu ketika kapasitas landasan di Cengkareng meningkat hingga 86 penerbangan atau lebih.