Bisnis.com, JAKARTA—Sebagian besar pelaku pasar menilai krisis zona Eropa merupakan risiko terbesar bagi pemulihan global, bukan lagi pengetatan moneter di Amerika Serikat.
Simpulan itu diperoleh dari hasil jajak pendapat yang digelar lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings. Fitch mensurvei lebih dari 350 pelaku pasar dalam agenda ‘Asia Sovereign Credit Briefing’ di Hongkong dan Singapura pada 17-18 Maret 2015.
“Sebagian besar peserta menilai krisis zona euro terbaru adalah risiko terbesar bagi pemulihan global,” ungkap Head of Asia Pacific Sovereign Ratings Fitch Ratings Andrew Colquhoun dalam hasil laporan Fitch yang diterima Bisnis, Senin(30/3/2015).
Pandanngan itu kontras dengan jajak pendapat tahun lalu di mana responden meyakini pengetatan moneter The Fed adalah risiko terbesar.
Responden memiliki pandangan beragam, tentang apakah penurunan harga minyak akan bersifat sementara atau membawa perubahan struktural.
Namun demikian, ada konsensus kuat bahwa deflasi berkelanjutan adalah risiko utama bagi pasar negara berkembang dan negara maju bagi krisis ekonomi global.