Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Gula Mentah Bertepatan Masa Giling, Petani Tebu Terancam

Petani tebu menilai besarnya kuota impor gula mentah (raw sugar) triwulan II sebesar 945.643 ton dapat mengancam harga gula rakyat karena masuknya gula itu bertepatan dengan masa giling tebu.
Petani Tebu Rakyat/Antara
Petani Tebu Rakyat/Antara
Bisnis.com, JAKARTA – Petani tebu menilai besarnya kuota impor gula mentah (raw sugar) triwulan II sebesar 945.643 ton dapat mengancam harga gula rakyat karena masuknya gula itu bertepatan dengan masa giling tebu.
 
Raw sugar nantinya akan diolah menjadi gula rafinasi untuk keperluan industri makanan dan minuman. Pemerintah telah memberikan kuota impor raw sugar triwulan II sebesar 945.643 ton atau lebih besar dari kuota triwulan sebelumnya 672.000 ton.
 
Alasannya, periode tersebut bertepatan dengan bulan Puasa sehingga kebutuhan gula untuk indutsri makanan dan minuman diperkirakan lebih banyak 273.643 ton dari periode sebelumnya.
 
Wakil Sekjen Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Nur Khabsyin mengatakan kekhawatiran rembesnya gula rafinasi bertepatan saat musim giling dapat menekan harga gula rakyat hingga dibawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
 
Saat ini, dia mengatakan harga gula rakyat memang mulai naik menjadi Rp8.500-Rp9.000 per kg atau diatas HPP gula saat ini Rp8.500 per kg karena gula yang dijual adalah stok sejak tahun lalu.
 
Padahal, awal tahun harga gula rakyat hanya dihargai Rp7600 per kg akibat tidak lakunya gula rakyat setelah dugaan banyaknya gula rafinasi merembes ke pasaran.
 
Khabsyin mengatakan tidak ada jaminan bahwa gula tersebut tidak akan masuk ke pasaran saat musim giling tebu sehingga ditakutkan harga gula rakyat akan kembali jatuh dibawah HPP.
 
“Harga gula lokal pelan-pelan saat ini sudah naik. Dengan impor dan bila bocor ke pasar, bisa anjlok harga nanti dibawah HPP,” katanya kepada Bisnis, Rabu, (25/3).
 
Khabsyin mengatakan dengan naiknya harga saat ini sudah tidak menguntungkan petani. Pasalnya, petani terakhir kali menjual sisa stok pada bulan lalu.
 
“Sehingga harga tinggi ini tidak dinikmati petani karena stok sudah di pedagang semua. Apalagi nanti saat musim giling banyak yang bocor?” ujarnya.
 
Hasil investigasi tim gula akhir tahun lalu menyebutkan terdapat gula rafinasi rembesan di pasaran sebanyak 199.500 ton dari penyaluran 1,7 ton gula rafinasi antara Januari-Juli 2014. Sampai akhir tahun, kuota impor gula mentah mencapai 2,8 juta ton.
 
Menurut Khabsyin, dengan tingginya angka rembesan tahun lalu seharusnya pemerintah bisa mengevaluasi bahwa kuota impor selama semester 1 tahun ini sebanyak 1,6 juta ton masih tinggi dan cenderung menimbulkan rembesan lagi.
 
Dengan rembesan itu, sepanjang tahun lalu harga gula rakyat terus turun. Pada Mei 2014 di posisi Rp8.500 per kg terjerembab hingga mencapai Rp7.800 per kg di September 2014. Adapun Oktober-Desember 2014 harga makin meburuk Rp7.600 per kg.
 
“Hitungan kami, tahun ini hanya dibutuhkan 2,1 juta ton raw sugar. Kalau 2,8 juta ton seperti tahun lalu itu pun masih terbukti ada yang rembes kan?” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Irene Agustine
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper