Bisnis.com, PALEMBANG—Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Selatan mencatat realisasi ekspor Januari-Februari 2015 anjlok 18% menjadi US$456,03 juta dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$556,67 juta.
Kepala BPS Sumatra Selatan Bachdi Ruswana mengatakan komoditas karet merupakan penyumbang terbesar ekspor Sumsel. Sayangnya, ekspor karet Januari-Februari 2015 justru anjlok 43,47% menjadi US$217,73 juta dari periode yang sama tahun lalu US$385,19 juta.
“Dari total 7 komoditi ekspor terbesar Sumsel, hanya ekspor karet dan teh yang anjlok, sedangkan komoditas lainnya meningkat. Akibatnya, kinerja ekspor nonmigas Sumsel juga menurun,” katanya usai konferensi pers, Senin (16/03/215).
BPS Sumsel mencatat kinerja ekspor nonmigas tercatat turun 22,82% menjadi US$359,81 juta dari US$466,22 juta. Berbanding terbalik, kinerja ekspor migas justru meningkat 6,38% menjadi US$96,22 juta dari US$90,46 juta.
Bachdi mengaku anjloknya ekspor karet kemungkinan besar disebabkan menurunnya volume ekspor dan harga karet international. Menurutnya, banyak faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor karet antara lain menurunnya permintaan dari negara tujuan ekspor.
Di sisi lain, kinerja impor Sumsel Januari-Februari 2015 justru melonjak 123,69% menjadi US$149,28 juta dari periode yang sama tahun lalu US$66,73 juta. Komoditas mesin-mesin/pesawat mekanik menjadi penyumbang terbesar dengan nilai US$79,89 juta, naik 28,73%.
Bachdi menilai perkembangan industri Sumsel yang pesat mendorong peningkatan impor barang modal maupun bahan baku. Menurutnya, peningkatan impor tersebut bakal mengerek pertumbuhan ekonomi Sumsel nantinya.
BPS merinci impor bahan baku atau bahan penolong menjadi penyumbang terbesar impor Sumsel, yakni sebanyak 50,63% atau sebesar US$75,58 juta. Sementara, barang modal menyumbang 48,12% atau US$71,83 juta.
Meski demikian, impor barang modal justru tumbuh paling tinggi dengan mencatatkan persentase hingga 197,55%. Sementara, bahan baku/bahan penolong hanya tumbuh 88,23%. Adapun, barang konsumsi justru anjlok 23,53%. []