Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR Sarmuji meminta Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bergerak untuk menelusuri praktik para mafia beras yang membuat harga melambung tinggi.
Menurut Sarmuji, kenaikan harga beras hingga 30% saat ini terlihat aneh di tengah ekspektasi penawaran sedang tinggi-tingginya. Stok Bulog juga sangat memadai di gudang-gudang beras.
“Ini pasti permainan pemain besar (mafia). Mereka telah merusak hukum harga mengingat penawaran sedang tinggi,” ujarnya dalam diskusi bertema “Harga Beras Melambung, Siapa yang Bermain?” di Gedung DPR, Kamis (26/2/2015).
Turut menjadi nara sumber pada diskusi itu Anggota Komisi IV DPR Daniel Johan dan pengamat beras Permata Siregar.
Dia menambahkan selain tingginya penawaran karena stok masih memadai, panen raya juga akan terjadi pada Maret hingga Mei, sehingga ada akan tambahan stok beras hingga 7 juta ton beras.
"Sedangkan pada April akan ada lagi tambahan 6 juta ton beras," ujarnya.
Daniel Johan mengatakan pemerintah seharusnya tidak melibatkan pengusaha besar dalam melakukan operasi pasar. Menurutnya, operasi pasar bisa dilakukan dengan melibatkan koperasi pasar yang ada mengingat jumlah kios mereka cukup banyak.
“Dengan cara ini harga beras bisa stabil. Sekarang masalahnya Bulog bisa tidak untuk melakukan operasi itu?,” ujar Daniel.
Sementara itu, Permata Siregar mengatakan stok Bulog masih mencukupi hingga saat ini. Namun dia menegaskan untuk amannya pemerintah harus memiliki stok beras sebesar delapan juta ton.
Dia khawatir kalu persoalan beras tidak selesai maka hal itu akan mengganggun setabilitas pemerintahan. Menurut pengalaman, ujarnya, persoalan pangan bisa menyebabkan jatuhnya sebuah pemerintahan.