Bisnis.com, JAKARTA—Industri pengolahan nonmigas diperkirakan hanya mampu tumbuh 5,6% dari target awal 6%, tetapi koreksi inipun diramalkan gagal tercapai.
Ekonom Universitas Indonesia Erna Zetha berpendapat setidaknya sepanjang tahun lalu sektor nonmigas cuma melaju 5,2% - 5,4%.
Adapun target 5,6% sukar dijangkau lantaran negara tujuan ekspor produk industri pada umumnya tengah mengalami perlambatan ekonomi.
“China perekonomiannya melambat, Jepang dan Eropa juga belum bangkit. Dalam resesi ekonomi yang diutamakan adalah kebutuhan primer, pertanian dan pertambangan. Sedangkan industri itu sekunder,” tuturnya kepada Bisnis, Rabu (4/2/2015).
Menurutnya sekalipun ekspor produk industri mampu melesat lebih baik dibandingkan dengan periode 2013, tetap saja total pertumbuhan nonmigas berat capai 5,6%. Perbaikan ekspor ini tetap diikuti dengan ketergantungan impor terutama bahan baku dan penolong.
Sebagai contoh industri furnitur dan kerajinan domestik yang lebih memasarkan produknya di luar negeri. Kebutuhan domestik justru lebih banyak dipenuhi dari produk asing. “Meski ekspor naik tetapi penguasaan pasar domestiknya kalah,” tutur Erna.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor industri nonmigas selama tahun lalu US$145,96 miliar. Sementara nilai impor dari sektor ini mencapai US$134,72 miliar. Dengan kata lain neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus US$11,24 miliar.
Jawaban pasti realisasi pertumbuhan industri 2014 juga harus tunggu publikasi BPS. Sekalipun proyeksi Erna, yang sempat menjabat staf ahli menteri perindustrian, benar bahwa nonmigas paling jauh hanya tumbuh 5,4% dipastikannya industri nasional belum mengindikasikan deindustrialisasi.
Industri Nonmigas Diproyeksi Gagal Tumbuh 5,6%
Industri pengolahan nonmigas diperkirakan hanya mampu tumbuh 5,6% dari target awal 6%, tetapi koreksi inipun diramalkan gagal tercapai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Rustam Agus
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
36 menit yang lalu
Alasan JP Morgan Pilih Bank Jago (ARTO) saat Likuiditas Mengetat
1 jam yang lalu
Lo Kheng Hong Ungkap Alasan Borong Saham Bank Danamon (BDMN)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
46 menit yang lalu
AS Kenakan Tarif Bea Masuk Tinggi ke China, Apa Dampak ke RI?
49 menit yang lalu
PPN 12% untuk Barang Mewah, Pengusaha: Hampir Semua Kena
1 jam yang lalu