Bisnis.com, JAKARTA—PT Pertamina (Persero) menargetkan proyek Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) di komplek Kilang Cilacap akan beroperasi penuh pada Juni mendatang atau sedikit terlambat dari target operasi pada awal 2015.
Direktur Pengolahan Pertamina Rahmad Hardadi mengatakan proyek RFCC Cilacap yang dimulai pada 2011 tersebut dijadwalkan mulai start up pada Maret 2015 dan akan beroperasi penuh pada Juni 2015.
“Sehingga pada Agutus, RFCC sudah bisa diserahterimakan operasinya kepada Pertamina,” katanya melalui pernyataan resmi kepada Bisnis di Jakarta, Minggu (25/1/2015).
Dia menjelaskan proyek dilaksanakan oleh konsorsium PT Adhi Karya (Persero) Tbk dan Goldstar Co. Ltd. Korea Selatan. Nantinya, RFCC ini akan memberikan tambahan produk gasoline sekitar 2 juta kiloliter per tahun. Langkah tersebut untuk mengurangi ketergantungan impor BBM.
Pada November lalu, Pejabat Sementara General Manager Pertamina RU IV Cilacap Jadi Purwoko mengatakan proyek memang mengalami keterlambatan namun tidak banyak yaitu delay 6%.
Ketika itu, dia mengklaim progres proyek telah mencapai 92%. Seperti diketahui, proyek RFCC yang menggunakan teknologi licensor UOP dan AXENS ini menghabiskan dana investasi hingga US$1,4 miliar.
Pertamina Refinery Unit (RU) IC Cilacap sendiri merupakan satu dari enam kilang milik Pertamina. Kilang Cilacap memiliki kapasitas produksi terbesar yaitu 348.000 barel per hari. Kilang ini memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau sekitar 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.
Selain RFCC, Pertamina juga memiliki sejumlah program peningkatan kapasitas kilang yang lain, yaitu Refining Development Master Plan (RDMP) dan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC).