Bisnis.com, JAKARTA–Indonesia perlu mengembangkan pasar teh dalam negeri untuk menyerap produksi teh mentah lokal yang selama ini hanya mencatat nilai ekspor kecil.
Ketua Bidang Promosi Dewan Teh Indonesia Ratna Soemantri menyebutkan Indonesia membutuhkan produsen-produsen lokal dengan skala besar yang mampu menjembatani masalah pemasaran.
Pasar dalam negeri sendiri hanya menyerap 40% dari total produksi dan 60% sisanya diekspor ke luar negeri.
“Selama ini petani hanya berorientasi ekspor,” ujar Ratna.
Di sisi lain, pasar teh dalam negeri sampai saat ini masih belum berkembang. Konsumsi teh di Indonesia hanya mencapai 260 gram per kapita.
Jauh lebih rendah dari negara lain seperti Inggris yang mencapai 2kg per kapita.
Dari sisi harga pun masih rendah.
Menurut Ratna hal tersebut disebabkan adanya persepsi masyarakat bahwa harga teh itu murah.
Saat ini harga per kilo teh masih jauh lebih murah dibanding harga sayuran, padahal tingkat kesulitan produksinya jauh lebih rumit.
“Harga jualnya rata-rata US$1,5-US$2 per kg, itu yang bagus. Kalau dari petani rakyat itu paling berapa ribu rupiah untuk daun teh basah,” ujar Ratna
Rendahnya harga komoditas ini di pasar global pada akhirnya membuat nilai ekspor teh Indonesia tidak terlalu besar.
Ratna memperkirakan nilai ekspor produk teh hanya Rp1,1 triliun.
Selain menyebabkan nilai ekspor yang kecil, rendahnya harga teh juga membuat petani dan perusahaan-perusahaan produsen teh rugi.
Hal tersebut memicu para petani mengalihfungsikan lahan pertanian teh mereka.
Ratna menyebutkan, sejak 2001 ada penyusutan lahan sebesar 3000 hektar setiap tahun karena alih fungsi.
Akibatnya, produksi teh dalam negeri pun ikut menyusut.
Untuk mengatasi masalah penyusutan lahan ini, sejak 2014 pemerintah sudah menggelontorkan Rp45 miliar untuk revitalisasi kebun teh rakyat.
Sebenarnya sudah ada beberapa produsen lokal yang mampu memproduksi teh dan menjualnya dengan harga yang tinggi untuk pasar ekspor, seperti teh putih dan teh oolong. Harga teh putih di pasar ekspor saat ini mencapai US$100 dolar per kg.
Sayangnya, produsen-produsen ini masih berskala kecil. Beberapa di antaranya masih belum bisa memenuhi banyaknya permintaan jenis teh tersebut.