Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) mengklaim selalu memberikan kuota gula kristal rafinasi (GKR) sesuai permintaan pabrik serta meminta distributor untuk menyalurkan gula industri hanya kepada industri makanan dan minuman selama ini.
Meski demikian, hasil verifikasi distribusi gula rafinasi periode Januari-Juli 2014 menunjukkan 199.500 ton dari penyaluran 1,7 juta ton GKR merembes ke pasar konsumen sehingga harga gula kristal putih (GKP) yang dihasilkan petani tebu kalah bersaing di pasar.
Sekjen AGRI Riyanto Yosokumuro mengatakan hasil verifikasi tersebut tidak secara rinci menginformasikan pada tahap mana gula industri merembes ke pasar.
“Itu kan angka Kemendag. Apakah itu rembesnya dari distributor, atau ada penyimpangan. Yang jelas AGRI selalu mendistribusikan sesuai dengan ketetapannya,” katanya kepada Bisnis, Senin (5/1).
Selama ini, menurutnya, importir memiliki nota kesepahaman dengan distributor untuk menyalurkan GKR hanya kepada industri makanan dan minuman.
“Tapi kita kan jual putus, sehingga susah kalau cuman janji aja. Harus pemerintah yang beri sanksi,” katanya.
Dia menjamin penyaluran gula pada tahun ini akan sesuai peruntukkannya setelah Kementerian Perdagangan mendorong penyaluran GKR langsung kepada pabrik dan tidak lagi memberikannya kepada distributor.
“Tahun lalu (2014) kan boleh (memberi ke distributor), tapi tahun ini hanya pada pabrik yang punya kontrak. Distributor tidak akan kita kasih,” katanya.