Bisnis.com, YOGYAKARTA – Bank Indonesia (BI) menegaskan akan menjaga tingkat inflasi di DIY tidak tinggi, kendati harga sejumlah bahan pangan terkerek naik akibat penyesuaian harga bahan bakar minyak pada bulan lalu dan bertambahnya permintaan menjelang periode Natal dan Tahun Baru.
Arief Budi Santoso, Kepala Perwakilan BI DIY, mengakui belum dapat memperkirakan tingkat inflasi Desember 2014.
Namun demikian, dia menegaskan akan menjaga agar inflasi tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan tingkat inflasi bulan lalu.
Berdasarkan catatan BI, tingkat inflasi DIY pada November mencapai 1,13% sehingga tingkat inflasi kumulatif sampai dengan akhir November mencapai 4,74%. November merupakan inflasi tertinggi. Adapun inflasi terendah terjadi pada Mei (0,05%).
“Kami belum bisa memperkirakan berapa inflasi kali ini. Kami jaga agar tidak terlalu tinggi. Harapan kami, mungkin akan sama atau tidak jauh beda dengan kondisi bulan sebelumnya,” ujarnya, pekan ini.
Jika mengacu data tahun lalu, tingkat inflasi pada Desember 2013 mencapai 0,17%, sedikit lebih rendah dibandigkan inflasi November 2013 sebesar 0,2%.
Sebagaimana dikemukakan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), pertambahan jumlah wisatawan yang masuk ke wilayah DIY menjelang periode liburan panjang Natal dan Tahun Baru telah mendorong kenaikan permintaan bahan makanan.
Di sisi lain, masih ada faktor kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp2.000 per liter pada bulan lalu.
Kedua faktor tersebut kemudian memicu kenaikan harga sejumlah komoditas pangan di wilayah DIY. Dari 30 komoditas yang dipantau oleh TPID, sebanyak 11 di antaranya mengalami kenaikan harga.
Komoditas tersebut antara lain beras – baik beras jenis IR2 maupun beras premium, telur ayam ras, kacang tanah, daging ayam potong, bawang merah, bawang putih sincau, cabe merah besar, cabe merah keriting, cabe rawit merah, dan lele.