Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKSPOR KARET: Kuartal I/2015 Diprediksi Anjlok, Ini Penyebabnya

Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) memprediksi adanya penurunan ekspor karet pada kuartal I/2015 akibat gangguan produksi berupa ketidakpastian cuaca dan masih rendahnya harga komoditas itu di pasar dunia.
Petani sedang menyadap karet./Bisnis.com
Petani sedang menyadap karet./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) memprediksi adanya penurunan ekspor karet pada kuartal I/2015 akibat gangguan produksi berupa ketidakpastian cuaca dan masih rendahnya harga komoditas itu di pasar dunia.

Ketua Umum GAPKINDO Daud Husni Bastari mengatakan kemungkinan cuaca penghujan yang masih panjang akan memengaruhi produksi karet periode Januari-Maret yang berimbas pada ekspor komoditas itu.

“Karena hujan dan gugur daun, sehingga ekspor normal kuartal 1 yang bisa 600.000 ton bisa hanya 450.000-500.000 ton,” katanya dalam diskusi terbatas, (22/12/2014).

Pada tahun ini, GAPKINDO mencatat ekspor karet kuartal I mencapai 686.738.064 kg yang didominasi pasar Amerika, Jepang dan Tiongkok.

Selain itu, pengaruh harga karet yang rendah juga menjadi sentimen turunnya ekspor bahan baku industri ban itu pada empat bulan pertama tahun depan.

Daud mengatakan harga karet dunia hanya US$1,48/kg saat ini dan seharusnya mencapai tingkat harga normal di kisaran US$3/kg.

Dalam empat tahun terakhir harga karet terus menukik dan mencapai puncaknya pada tahun ini. Harga tertinggi hanya pernah terjadi pada Maret 2011 di atas US$5/kg.

“Sehingga petani ogah menanam dan memilih masuk ke tambang, palawija, ubi atau kelapa sawit karena kondisi ini,” katanya.

Dia mengatakan stok karet dunia yang tidak menentu diperparah dengan persediaan karet Thailand yang mencapai 400.000 ton mulai akhir Desember atau pada awal Januari 2015.

Kondisi tersebut dinilai dapat membuat petani karet di Indonesia makin terbenam, sehingga dia berharap pemerintah dapat mengkaji penjualan karet dalam jangka panjang.

“Kami himbau pemerintah agar berhati-hati, tidak terburu-buru dalam membuat kontrak penjualan jangka panjang pada kuartal I 2015,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Irene Agustine
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper